Hai.
Sepertinya liburan dan menjadi tersesat untuk mencoba wilayah baru sudah saya lakukan.
Beberapa hari yang lalu, saya berkunjung ke Kota Cepu.
Awalnya tuh seperti ini.
Saya mempunyai teman. Dia hendak melanjutkan studi kota tersebut. Tipenya asrama, yang menjurus ke pengolahan minyak dan sejenisnya. Kebetulan dia akan memberikan bukti pembayaran ke sekolah itu, dia mengajak saya dan satu teman lagi di antara kami.
Dengan iming-iming akan mendapat sponsor dari dia, berangkatlah kami, hehe.
Awalnya, saya pikir untuk menggunakan mobil. Tetapi dibatalkan karena jarak yang ternyata jauh, disertai jalanan yang rusak. Kami memilih menggunakan kereta api.
Awalnya juga saya berpikir, jika jadwal keberangkatan kereta api menuju Cepu itu sedikit. Jujur saja, saya belum tahu apa itu Cepu. Mendengar nama kota itu saja, saya geli sendiri. Padahal, kota kecil itu terkenal akan produksi mineralnya, lho. Haha.
Jadwal kereta api Blora Jaya [yang juga jurusan Bojonegoro] jam tujuh pagi. Kami harus tiba di Stasiun Semarang-Poncol jam lima pagi, mengapa? Karena tidak diperbolehkan untuk memesan tiket pada hari sebelum keberangkatan, dan juga karena tiket menuju Cepu seringkali habis terjual.
Padahal sudah pagi, lho. Sudah bangun waktu subuh, hari masih gelap, angin yang dingin menusuk kulit, hehe. Tetapi masih saja kami didahului banyak orang. Loket antrean sudah panjang. Oh iya, padahal sepertinya adalah layanan "Cetak Tiket Sendiri" di pojokan, tetapi kami tidak mengerti caranya. Yah, sayang sekali tidak bisa mengoptimalkan layanan, haha. Ditambah lagi, waktu itu saya sangat kebelet buang air kecil, bingung mencari lokasi toilet, ternyata toilet-nya ada di dalam lingkungan jalur kereta [yang boleh masuk hanya calon penumpang kereta, bukan pengantar calon penumpang], jadi harus menyerahkan identitas diri ke petugas, ribet juga.
Ketika antre, malahan saya bertemu kedua teman orang tua saya. Lumayan, untuk saling sapa.
Kereta Blora Jaya dengan harga Rp 28.000,00 [waktu itu] dengan waktu keberangkatan jam tujuh pagi. Tipe kereta api yang sudah ada Air Conditioner, tetapi tanpa tempat duduk bernomor, mengerti maksudnya? Untuk mendapat tempat duduk yang diinginkan, siapa cepat, dia dapat.
Keretanya ternyata cukup baik. Dan yang paling menyenangkan, ada stopkontak, hehe.
Kami tiba di Stasiun Cepu jam sepuluh pagi. Hanya telat beberapa menit seperti yang tertera di tiket kereta api. Lumayan akurat juga, ya, menyenangkan, hehe. Kota Cepu yang ternyata sunyi itu. Pengalaman pertama saya berada di sana. Begitu keluar dari stasiun, dihampiri tukang ojek dan tukang becak, seperti ini ya rasanya jadi artis yang dihampiri banyak orang? Hehe.
Tiga becak untuk kami. Jadi, satu orang untuk satu becak. Saya rasa itu bukan karena tubuh kami yang terlalu besar, tetapi karena bentuk becaknya saja yang lebih kecil dari biasanya.
Anehnya lagi, dua becak teman saya menggunakan kayuh, sedangkan becak saya ternyata menggunakan mesin. Yang terbayang di benak saya: 1. Pasti ini lebih mahal; 2. Mengapa di bagian saya yang menggunakan mesin, ya? Apa gegara tubuh saya yang besar, jadi tukang becak itu beraninya yang menggunakan mesin, haha.
Sudahlah.
Dari stasiun menuju sekolah teman kami itu tidak jauh sebenarnya. Melewati beberapa ratus meter Kota Cepu, yang seperti pasar.
Yang ada di pikiran saya ketika melihat Cepu: becak, delman, dan sepi. Juga plat kendaraan yang beragam, ada dengan huruf awal plat: S, K, H, dan yang lainnya, tapi lupa, hehe. Saya jadi belum tahu sendiri, pendudul lokal menggunakan plat nomor dengan huruf awal apa, ya. Oh iya, di Cepu tidak kalah keren ternyata. Ada satu outlet dengan product Macbeth. Siapa bilang Cepu itu tidak keren? Haha.
Tibalah kami di sekolah itu. Menunggu teman yang menyerahkan bukti pembayaran dan daftar ulang, dengan cuaca Cepu yang cukup panas.
Begitu selesai, kami langsung balik ke stasiun. Mengapa? Karena mau apa kita di sana? Ada apa di sana? Hahaha, dan juga sedang bulan puasa, mau menghabiskan waktu dengan makan pun tak bisa.
Karena kebetulan hanya ada dua becak. Terjadilah. Saya yang sendirian. Ah sudahlah.
Di stasiun, kebetulan jam setengah dua belas siang. Sepi dan sunyi sekali, menyenangkan, apa karena bulan puasa, ya? Jadi tidak seramai biasanya. Yang jelas, tanpa antre, dan sampai bisa mendengar suara angin sepoi sunyi, asik kok, asli, hehe. Ada kereta api Cepu Express menuju Semarang-Poncol, dengan keberangkatan sekitar jam satu kurang lima belas menit. Dengan harga Rp 50.000,00 [waktu itu].
Kereta itu sepertinya terusan dari Surabaya, sepertinya. Saya kurang paham. Berbeda dengan kereta Blora Jaya. Sistem penataan kursinya berhadapan, mengerti tidak? Nanti ada fotonya, tenang. Dingin sekali AC-nya, tetapi sedih sekali, tak ada stopkontak.
Waktu perjalanan relatif sama. Sekitar tiga jam. Kami tiba lagi di Stasiun Semarang-Poncol jam empat kurang. Disambut dengan terik panas sinar matahari, polusi, dan kumuh. Haha, hell yeah I love Semarang.
Anyway.
Dipikir-pikir, nyaman juga menggunakan kereta api. Silakan dicoba.
[Mari gunakan layanan yang sudah disiapkan negara. Menyenangkan kok. Tepat waktu, relatif tidak mahal dan tak melelahkan, daripada menggunakan kendaraan pribadi], hehe.
Ini tulisan cerita saya, setelah lama sekali rehat karena sibuk / lelah mencari kuliah. [?]
Apa masih menarik untuk disimak? Hehe.
By the way, semua hanya opini, tentang: Kota Cepu, kereta api, atau yang lainnya. Thanks.
Ini dari dalam kereta Blora Jaya, ya. |
Di dalam. |
Teman kami. |
Penyambung antar gerbong kereta api, mirip penyambung bus Transjakarta, sama seremnya, hehe. |
Surga dunia. |
Ini Blora Jaya. |
Welcome to Cepu! |
Sepi dan sunyi. |
Dominasi becak. |
Selonjoran dulu, coy. Anggap rumah sendiri, hehe. |
Hampir terlupakan. Ini penutupnya, ya. Depan sekolah. |
-@andikajati-
Comments
Post a Comment