Saya mengidolakan pola pikir yang berkembang, fleksibel, dan mengikuti perubahan zaman. Maka dari itu, pembelajaran yang saya lakukan tiap harinya akan selalu bertambah. Saya rajin membaca tulisan-tulisan dari orang lain, saya suka menelaah cara berpikir orang lain, terutama ketika diskusi dan ceramah. Saya senang melakukannya. Bagi saya, penambahan wawasan yang masuk ke akal dan pikiran saya tiap harinya merupakan mandat alami dari Pencipta semesta ini.
Belakangan ini, saya semakin gerah dengan beberapa kejadian di sosial media yang melakukan penyerangan ke orang lain. Banyak orang yang menuduh orang lain munafik karena adanya perubahan maupun perbedaan sikap dan pandangan seseorang akan suatu kejadian.
Misal pada tahun 2014, Jati mendukung Prabowo. Dia mengunggah tulisan dan dukungannya terhadap Prabowo, selain itu pun Jati menuliskan tentang keburukan-keburukan dari Jokowi. Sementara pada tahun 2018, Jati berubah haluan menjadi anti Prabowo dan mendukung Jokowi. Nah, ketika sikap yang baru itu muncul, pasti akan ada beberapa orang yang menyebalkan. Mereka melakukan screen-shot terhadap tulisan-tulisan Jati yang terdahulu, seakan-akan memaksa dan meminta sikap konsisten dari subjek, si Jati. Orang-orang menyebalkan itu merasa, bahwa si Jati dulu mendukung Prabowo, maka sekarang pun dia tetap harus mendukung Prabowo. Tidak boleh yang lain.
Baiklah, anggap saja testimoni saya ini banyak benarnya. Pemisalan saya di atas berkaitan dengan pandangan politik seseorang terhadap figur. Mungkin ada beberapa orang yang tidak puas dengan pemisalan tentang political pov.
Seperti yang diketahui, politik itu cair dan tidak ada yang namanya musuh abadi. Meskipun sampai detik sekarang ini, masih banyak orang yang tidak menyadari akan kenyataan itu. Banyak orang percaya yang beranggapan bahwa masih adanya tokoh yang baik, suci, dan merupakan Penyelamat untuk semesta yang katanya sudah rusak ini.
Misal pada tahun 2016, Jati beranggapan bahwa skripsi itu tidak penting. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin mengertinya Jati terhadap proses pengerjaan skripsi, pada tahun 2017, Jati mengubah pemikirannya bahwa ternyata skripsi itu sangat penting.
Hal di atas termasuk apa?
Sekarang, yang jadi pertanyaan adalah: Apakah perubahan pandangan seseorang akan sesuatu merupakan sikap yang plin-plan? Atau merupakan sebuah kemajuan dan hasil proses kedewasaan seseorang untuk memandang suatu kejadian secara komprehensif? Menurut Kamu? Menurut orang-orang menyebalkan di sana, bagaimana?
Maksud saya, apa tujuan orang-orang menyebalkan tersebut? Saya penasaran, benar-benar penasaran. Jika memang berubah pikiran, apa berarti tidak konsisten dan plin-plan?
Ketika tulisan ini ternyata dianggap benar. Pertanyaan selanjutnya adalah: Sampai batasan mana seseorang itu berintegritas dan tidak plin-plan? Sampai di mana seseorang memiliki pendirian teguh?
Nah lho, bingung lu.
Comments
Post a Comment