Jumat, 23 September 2011 - Minggu, 25 September 2011.
Jangka waktu tiga hari dua malam itu adalah kesempatan untuk kami (re: siswa-siswi kelas X SMAN 3 Semarang) untuk saling berbagi dan saling mengenal. Kami mendapat kesempatan untuk melakukan kemah bakti di Banyubiru, daerah sekitar Ambarawa.
Banyubiru adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Mata Pencaharian penduduk setempat adalah berkebun/tegalan di daerah perbukitan, pertanian sawah di kaki bukit dan nelayan di daerah pinggiran Danau Rawa Pening (re: http://id.wikipedia.org/wiki/Banyubiru,_Semarang). Kami menginap di Tangsi Militer Batalyon Zeni Tempur 4. Di sana adalah tempat kawasan tentara militer. Jadi kami pun menginap di barak-barak milik mereka. Barak adalah ruang kosong atau dapat juga disebut gudang.
Pada hari Jumat itu, kami tetap disuruh untuk bersekolah seperti jadwal biasa. Tetapi pada jam ke-5 atau sekitar pukul 10.45 WIB kami dibolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing dan mempersiapkan barang bawaan. Akhirnya, kira-kira pukul 13.30 kami berangkat menuju Banyubiru dari SMAN 3 Semarang. Dengan mengendarai bus yang besar serta desain interior yang kurang memuaskan. Artian itu adalah karena bus itu tidak memberi layanan AC (Air Conditioner) tetapi jendela pintu ditutup rapat, sehingga kalian dapat membayangkan betapa sumuknya suhu di dalam bus itu. Kira-kira ada 70 orang yang berada di bus. Ada 4 orang yang tidak mendapat tempat duduk, sehingga mereka pun dengan sabar berdiri dalam perjalanan.
Perjalanan dilalui dengan sangat lambat dan padat. Ketika kira-kira sampai di Bawen, ban kanan-belakang bus pun bocor. Suara bocornya ban terdengar dari dalam bus, sehingga beberapa anak pun panik berlebihan. Bus pun menepi ke pinggir jalan. Karena di sekitar jalan itu terdapat warung makan, dengan cepat pun langsung diserbu oleh teman-teman saya. Kira-kira 15 menit kami menunggu di situ, dan akhirnya bus pun dapat berjalan lagi dengan ban yang simetris dan dinamis.
Kira-kira pukul 15.30 WIB kami sampai di Banyubiru. Sebelum berangkat, saya pikir Banyubiru adalah tempat yang rimbun, lebat, dan jauh dari kota. Ternyata tebakan saya salah, karena Banyubiru adalah kota yang cukup masih sepi. Dan tempat kami menginap, yaitu Tangsi Militer Batalyon Zeni Tempur 4 mempunyai pandangan seperti Perumahan Kodam di sekitar rumah saya, Banyumanik. Sesampai di Banyubiru, kami langsung mengikuti upacara pembukaan. Sebenarnya cuaca tidak panas, tetapi sinar matahari menyengat bercampur udara yang lumayan sejuk di sana. Sesudah upacara pembukaan, kami diberi kesempatan untuk isoma. Saya memanfaatkan waktu luang tersebut untuk mandi. Kamar mandi di sana cukup bersih, seperti kamar mandi di rumah saya.
Pada malam harinya, kami diberi suguhan oleh panitia GPLB (Ganesha Putra Laksana Bhakti) untuk mengikuti game malam hari. Game tersebut adalah tarik tambang. Saya berharap besar akan kemenangan kelas saya, yaitu X-10. Awalnya, kami memenangi game tersebut, tetapi pada kuarter kedua kami pun kalah. Permainan tarik tambang dimenangkan oleh kelas X-6. Sangat masuk akal, karena siswa-siswa mereka mempunyai postur tubuh dan tenaga mirip tenaga kuda. Dengan penuh harapan besar untuk beristirahat, ternyata masih ada program acara lagi. Terdapat suguhan film Darah Garuda. Saya sudah menyaksikan film itu di Televisi, sehingga saya menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan di sekitar Banyubiru. Pukul 23.00 WIB kami diperbolehkan untuk beristirahat.
Keesokan harinya, bangun pukul 04.00 WIB dan langsung mandi dengan air yang dingin. Ternyata kami harus mengikuti senam sehat ala KS 149. Sarapan, dan melanjutkan dengan hiking/berjalan-jalan sekitar tempat di mana kami tinggal. Sebelum berangkat hiking, kami disuruh untuk berlomba dengan yel-yel yang paling heboh yang duluan untuk memimpin jalannya acara hiking. Akhirnya X-10 pun terpilih, dengan yel-yel yang copy cut dari lagu artist ternama, dan gaya dangdut ala Naufa-Puguh. Kami berjalan bersama-sama dengan mengikuti petunjuk tali rafia merah. Terdapat lima pos yang harus kami lalui.
Pos pertama : Debat Bahasa Jawa
Pos kedua : Melipat Tikar
Pos ketiga : Menara Tertinggi
Pos keempat : Menyalurkan Tali
Pos kelima : Menyatakan Cinta pada Lawan Jenis
Jalan setapak mirip sawah telah kami lalui. Cuaca tidak panas polusi seperti di Semarang, tetapi sinar matahari sangat menyengat memasuki kulit tubuh saya.
Pukul 12.00 WIB kami telah kembali ke markas. Panitia memberi waktu buat kami untuk isoma dan diharapakan untuk berkumpul kembali pukul 13.30 WIB dengan acara lomba futsal, tebak gambar, dan lain-lain. Sinar matahari semakin menyengat, tetapi karena tuntutan, kami pun tetap mengikuti rundown acara dengan baik. Tak disangka, tim futsal kelas X-10 menembus final. Dengan personil: Afif, Anan, Azmi, Dana, Fahreza, dan Naufa. Sayang, kami kalah pada putaran final melawan kelas X-12 yang digawangi oleh Rizal.
Malam harinya adalah malam yang ditunggu-tunggu, yaitu acara api unggun. Sebelum acara tersebut, kami melaksanakan apel sebentar. Dan akhirnya, the main program pun hadir. Dengan mengadakan acara api unggun di atas lapangan bola dengan cuaca yang sangat dingin bercampur hangat karena radiasi api unggun tersebut. Tiap kelas diberi kesempatan untuk menujukkan kegigihannya dalam Pentas Seni antar Kelas. Kelas saya, X-10 menampilkan lagu dari Abdul & the Coffee Theory "Happy Ending". Dengan bantuan dua gitar, satu ketukan drum, dan suara vokal yang cukup pun kami menghibur seluruh angkatan di acara itu. Acara api unggun selesai pukul 23.00 WIB. Saya pikir itu terlalu larut, dan parahnya acara pensi tersebut terkesan garing & tanpa gairah semangat. Karena tubuh yang lelah, saya menyempatkan untuk menyantap mie instant dan melanjutkan dengan tidur pulas.
Minggu, hari terakhir kami melaksanakan acara GPLB. Pada hari itu tidak ada acara/hanya acara bebas untuk membereskan barang-barang. Sebelum pulang, kami mengikuti upacara penutupan sebentar. Ternyata ada acara surprise dari panitia, yaitu menyiram kami dengan air sehingga tubuh kami menjadi basah-berantakan. Pukul 09.30 WIB kami melanjutkan perjalanan pulang ke Semarang. Di dalam perjalanan, suasana sepi dan sunyi karena teman-teman saya yang tertidur di dalam bus. Hanya ada kami bertiga (re: Saya, Anan, Winson) yang diam-diam membicarakan si sopir yang bolak-balik membunyikan klakson pada pengendara lain. Ulah tersebut membuat suasana riuh dan tidak nyaman.
Pukul 11.00 WIB kami sampai di Semarang, tepatnya di SMAN 3 Semarang. Kesempatan tiga hari dua malam tersebut cukup menghibur kami di tengah-tengah tuntutan belajar yang membosankan. Terima kasih. Chayo!
Jangka waktu tiga hari dua malam itu adalah kesempatan untuk kami (re: siswa-siswi kelas X SMAN 3 Semarang) untuk saling berbagi dan saling mengenal. Kami mendapat kesempatan untuk melakukan kemah bakti di Banyubiru, daerah sekitar Ambarawa.
Banyubiru adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Mata Pencaharian penduduk setempat adalah berkebun/tegalan di daerah perbukitan, pertanian sawah di kaki bukit dan nelayan di daerah pinggiran Danau Rawa Pening (re: http://id.wikipedia.org/wiki/Banyubiru,_Semarang). Kami menginap di Tangsi Militer Batalyon Zeni Tempur 4. Di sana adalah tempat kawasan tentara militer. Jadi kami pun menginap di barak-barak milik mereka. Barak adalah ruang kosong atau dapat juga disebut gudang.
Pada hari Jumat itu, kami tetap disuruh untuk bersekolah seperti jadwal biasa. Tetapi pada jam ke-5 atau sekitar pukul 10.45 WIB kami dibolehkan untuk pulang ke rumah masing-masing dan mempersiapkan barang bawaan. Akhirnya, kira-kira pukul 13.30 kami berangkat menuju Banyubiru dari SMAN 3 Semarang. Dengan mengendarai bus yang besar serta desain interior yang kurang memuaskan. Artian itu adalah karena bus itu tidak memberi layanan AC (Air Conditioner) tetapi jendela pintu ditutup rapat, sehingga kalian dapat membayangkan betapa sumuknya suhu di dalam bus itu. Kira-kira ada 70 orang yang berada di bus. Ada 4 orang yang tidak mendapat tempat duduk, sehingga mereka pun dengan sabar berdiri dalam perjalanan.
Perjalanan dilalui dengan sangat lambat dan padat. Ketika kira-kira sampai di Bawen, ban kanan-belakang bus pun bocor. Suara bocornya ban terdengar dari dalam bus, sehingga beberapa anak pun panik berlebihan. Bus pun menepi ke pinggir jalan. Karena di sekitar jalan itu terdapat warung makan, dengan cepat pun langsung diserbu oleh teman-teman saya. Kira-kira 15 menit kami menunggu di situ, dan akhirnya bus pun dapat berjalan lagi dengan ban yang simetris dan dinamis.
Kira-kira pukul 15.30 WIB kami sampai di Banyubiru. Sebelum berangkat, saya pikir Banyubiru adalah tempat yang rimbun, lebat, dan jauh dari kota. Ternyata tebakan saya salah, karena Banyubiru adalah kota yang cukup masih sepi. Dan tempat kami menginap, yaitu Tangsi Militer Batalyon Zeni Tempur 4 mempunyai pandangan seperti Perumahan Kodam di sekitar rumah saya, Banyumanik. Sesampai di Banyubiru, kami langsung mengikuti upacara pembukaan. Sebenarnya cuaca tidak panas, tetapi sinar matahari menyengat bercampur udara yang lumayan sejuk di sana. Sesudah upacara pembukaan, kami diberi kesempatan untuk isoma. Saya memanfaatkan waktu luang tersebut untuk mandi. Kamar mandi di sana cukup bersih, seperti kamar mandi di rumah saya.
Pada malam harinya, kami diberi suguhan oleh panitia GPLB (Ganesha Putra Laksana Bhakti) untuk mengikuti game malam hari. Game tersebut adalah tarik tambang. Saya berharap besar akan kemenangan kelas saya, yaitu X-10. Awalnya, kami memenangi game tersebut, tetapi pada kuarter kedua kami pun kalah. Permainan tarik tambang dimenangkan oleh kelas X-6. Sangat masuk akal, karena siswa-siswa mereka mempunyai postur tubuh dan tenaga mirip tenaga kuda. Dengan penuh harapan besar untuk beristirahat, ternyata masih ada program acara lagi. Terdapat suguhan film Darah Garuda. Saya sudah menyaksikan film itu di Televisi, sehingga saya menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan di sekitar Banyubiru. Pukul 23.00 WIB kami diperbolehkan untuk beristirahat.
Keesokan harinya, bangun pukul 04.00 WIB dan langsung mandi dengan air yang dingin. Ternyata kami harus mengikuti senam sehat ala KS 149. Sarapan, dan melanjutkan dengan hiking/berjalan-jalan sekitar tempat di mana kami tinggal. Sebelum berangkat hiking, kami disuruh untuk berlomba dengan yel-yel yang paling heboh yang duluan untuk memimpin jalannya acara hiking. Akhirnya X-10 pun terpilih, dengan yel-yel yang copy cut dari lagu artist ternama, dan gaya dangdut ala Naufa-Puguh. Kami berjalan bersama-sama dengan mengikuti petunjuk tali rafia merah. Terdapat lima pos yang harus kami lalui.
Pos pertama : Debat Bahasa Jawa
Pos kedua : Melipat Tikar
Pos ketiga : Menara Tertinggi
Pos keempat : Menyalurkan Tali
Pos kelima : Menyatakan Cinta pada Lawan Jenis
Jalan setapak mirip sawah telah kami lalui. Cuaca tidak panas polusi seperti di Semarang, tetapi sinar matahari sangat menyengat memasuki kulit tubuh saya.
Pukul 12.00 WIB kami telah kembali ke markas. Panitia memberi waktu buat kami untuk isoma dan diharapakan untuk berkumpul kembali pukul 13.30 WIB dengan acara lomba futsal, tebak gambar, dan lain-lain. Sinar matahari semakin menyengat, tetapi karena tuntutan, kami pun tetap mengikuti rundown acara dengan baik. Tak disangka, tim futsal kelas X-10 menembus final. Dengan personil: Afif, Anan, Azmi, Dana, Fahreza, dan Naufa. Sayang, kami kalah pada putaran final melawan kelas X-12 yang digawangi oleh Rizal.
Malam harinya adalah malam yang ditunggu-tunggu, yaitu acara api unggun. Sebelum acara tersebut, kami melaksanakan apel sebentar. Dan akhirnya, the main program pun hadir. Dengan mengadakan acara api unggun di atas lapangan bola dengan cuaca yang sangat dingin bercampur hangat karena radiasi api unggun tersebut. Tiap kelas diberi kesempatan untuk menujukkan kegigihannya dalam Pentas Seni antar Kelas. Kelas saya, X-10 menampilkan lagu dari Abdul & the Coffee Theory "Happy Ending". Dengan bantuan dua gitar, satu ketukan drum, dan suara vokal yang cukup pun kami menghibur seluruh angkatan di acara itu. Acara api unggun selesai pukul 23.00 WIB. Saya pikir itu terlalu larut, dan parahnya acara pensi tersebut terkesan garing & tanpa gairah semangat. Karena tubuh yang lelah, saya menyempatkan untuk menyantap mie instant dan melanjutkan dengan tidur pulas.
Minggu, hari terakhir kami melaksanakan acara GPLB. Pada hari itu tidak ada acara/hanya acara bebas untuk membereskan barang-barang. Sebelum pulang, kami mengikuti upacara penutupan sebentar. Ternyata ada acara surprise dari panitia, yaitu menyiram kami dengan air sehingga tubuh kami menjadi basah-berantakan. Pukul 09.30 WIB kami melanjutkan perjalanan pulang ke Semarang. Di dalam perjalanan, suasana sepi dan sunyi karena teman-teman saya yang tertidur di dalam bus. Hanya ada kami bertiga (re: Saya, Anan, Winson) yang diam-diam membicarakan si sopir yang bolak-balik membunyikan klakson pada pengendara lain. Ulah tersebut membuat suasana riuh dan tidak nyaman.
Pukul 11.00 WIB kami sampai di Semarang, tepatnya di SMAN 3 Semarang. Kesempatan tiga hari dua malam tersebut cukup menghibur kami di tengah-tengah tuntutan belajar yang membosankan. Terima kasih. Chayo!
Suasana di dalam bus |
Sewaktu ban bocor |
Bus gahar |
Lapangan tengah |
X10 & X12 |
Tarik tambang |
Tamara-Yaya-Adis |
Karya Anan |
Sebelum senam pagi |
X10 absurd |
Jomblo |
Lakon |
Jomblo dan lakon |
Pos 1 |
Pos 2 |
Lakon (lagi) |
Lakon dan jomblo |
Para jomblo dan lakon |
Jomblo (lagi) dan si setia |
Lakon dan jomblo (lagi) |
Calon lakon |
View of Tangsi Militer Batalyon Zeni Tempur 4 |
Comments
Post a Comment