Selamat tanggal 1 Mei, tepatnya di tahun 2014.
May Day.
Hari buruh internasional. Yang sekarang menjadi hari libur nasional.
Kesempatan itu tidak saya lewatkan, untuk melihat para buruh yang melakukan demo di jalanan.
Saya bergegas menuju Jalan Pahlawan sekitar jam sebelas siang.
Ketika saya sampai di Jalan Pahlawan, saya pikir demo tersebut sudah usai, ternyata yang sedang berlangsung adalah acara Porseni [sepertinya] yang diadakan pemerintah, berupa jalan sehat dan pembagian door prize.
Sementara ketika saya melihat di daerah Simpang Lima, ada gerombolan orang bewarna merah, yang sepertinya, memang akan melakukan demo. Lantas saya memarkirkan motor di Gramedia Pandanaran, dan berjalan searah mengikuti mereka.
Ternyata, mereka adalah Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Kota Semarang (FSPMI).
Ketika saya dan mereka sudah sampai di Jalan Pahlawan, kami melihat acara Porseni yang sepertinya sudah hampir selesai, karena tinggal pembacaan nomor undian door prize, mereka [re: FSPMI] mengejek acara tersebut dengan embel-embel berarti pemerintah belum bertanggung jawab terhadap nasib buruh, pemerintah hanya melakukan sesuatu yang tidak berguna. Padahal, sepertinya, acara Porseni tersebut diikuti oleh buruh juga. Lucu, ketika melihat pemimpin mereka berkata,
"Agak geser ke kiri, kita jangan mau menjadi sama dengan mereka, yang mau ditipu pemerintah dengan acara seperti itu, dengan makanan berlimpah dan membuang-buang uang, tidak berguna," kira-kira seperti itu katanya, saya tak ingat tepatnya, yang jelas, mereka mengejek acara tersebut.
Ketika saya sedang mengambil gambar, tetiba ada salah satu wartawan dari mana, ya, entah, bertanya kepada saya. Dia pikir, saya wartawan juga, hahaha. Padahal, ya, saya masih kelas tiga sekolah menengah atas. Senyum-senyum.
Sebenarnya, beberapa waktu yang lalu saya juga pernah mengikuti demo. Tetapi, demo kali ini, saya rasa berbeda. Dilihat dari atmosfer dan peserta demo, sepertinya sudah menurun. Tidak sebanyak dan seramai dulu. Apa mereka mungkin sudah berpikiran,
"Buat apa demo jika tidak didengarkan pemerintah?"
Entahlah.
Alasan saya mengikuti demo ini adalah.
Saya sudah lama hanya menjadi komentator dan pengamat setiap kejadian yang ada di jalanan. Saya ingin sekali merasakan seperti apa yang mereka rasakan. Turun ke jalanan, berteriak, dan entah, apa juga akan berdampak ke depannya.
Namun, yang jelas.
Sebuah kalimat yang sangat mengena di hati saya adalah.
"Nasib bukan untuk dititipkan, tetapi diperjuangkan."
Entah siapa yang benar dan siapa yang salah.
Kemauan buruh yang di luar akal sehat. Atau pemerintah yang tidak mendengarkan jeritan mereka.
Tapi, saya. Tetap merindukan, suatu saat nanti, terwujudnya pemerataan kesejahteraan sosial untuk semuanya, hehe. Semoga bisa untuk negara kita ini, ya.
Berikut isi tulisan berupa informasi dari unjuk rasa mereka.
MAY DAY 2014
FSPMI KOTA SEMARANG MENGUSUNG 06 ISU PRIORITAS
PRESS RELEASE
May Day dijadikan Hari Libur Nasional adalah hasil perjuangan militan kaum buruh di Indonesia.
May Day (Hari Buruh Internasional) menjadi hari libur nasional merupakan momentum untuk membangkitkan semangat perjuangan kawan-kawan buruh dalam rangka meningkatkan eksistensi di tengah cengkeraman kaum pemodal yang kerap kali mengeksploitasi kaum buruh. Saat ini kaum buruh di Semarang masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yang akan menggerus kesejahteraaan dan eksistensi buruh dan sudah menjadi keniscayaan bahwa nasib buruh akan terus dimarjinalkan oleh berbagai kebijakan, buruh selalu ditempatkan sebagai alat produksi dan bukan ditempatkan mitra yang sejajar.
Kegagalan Gubernur Jawa Tengah dalam rangka membuat kebijakan tentang upah minimum di tahun 2013 yang rata 16% masih kalah jauh dari kota-kota besar seluruh Indonesia pada akhirnya melemahkan data beli buruh diakibatkan rezim politik upah murah selalu diperdayakan, dikarenakan setiap kenaikan upah selalu dibarengi dengan kebijakan yang tidak berpihak buruh.
Untuk itu dalam May Day ini upah untuk tahun 2015 menjadikan isu utama bahwa kami Federeasi Serikat Pekerja Metal Indonesia Kota Semarang (FSPMI) dan Kongres Aliansi Buruh Indonesia (KASBI) Kota Semarang tetap konsisten memperjuangkan untuk Komponen KHL dari 60 items harus berubah menjadi 84 items KHL untuk menjadikan salah satu dasar menentukan upah minimum.
Jaminan sosial tentu menjadi hak konstitusi seluruh rakyat Indonesia ternyata masih belum terealisasi dengan baik, Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dioperasionalkan oleh BPJS Kesehatan masih banyak dikeluhkan oleh rakyat termasuk buruh. Negara masih setengah-setengah untuk menghadirkan pelayanan kesehatan yang mumpuni bagi seluruh rakyat Indonesia. Demikian juga BPJS Ketenagakerjaan hingga saat ini masih misterius bagi pekerja formal dikarenakan kegagalan negara menyelesaikan regulasi operasional BPJS Ketenagakerjaan terutama tentang program pensiun.
Lahirnya Permenaker nomor 19 tahun 2012 yang mengatur dengan jelas tentang jenis pekerjaan yang boleh di-outsourcing-kan, maupun, pekerja kontrak (PKWT) sebagaimana diatur di dalam ketentuan UU nomor 13 tahun 2003 junto Kempenenaker nomor 100 tahun 2004 ternyata hanya isapan jempol dikarenakan masih banyak pengusaha yang menggunakan tenaga Outsourcing dan Buruh dengan status kontrak ini bagian dari bukti konkret, penyelenggara negara dalam hal ini Dinas Tenaga Kerja melakukan pembiaran tanpa adanya tindakan-tindakan sesuai regulasi yang ada.
Pemberangusan Serikat Pekerja (Union Basting) masih banyak terjadi di berbagai tempat laporan serikat pekerja kepada penyelenggara negara hampir dipastikan seluruhnya berakhir dengan intimidasi, mutasi, dan pemutusan hubungan kerja oleh pengusaha.
Ada sebuah fenomena yang sulit dihilangkan oleh cara-cara pengusaha dengan menyewa preman untuk mengintimidasi, menakut-nakuti aktivis buruh, pengurus serikat pekerja atau serikat buruh yang sedang melakukan perjuangan hak-hak normative tenth menjadikan persoalan baru, bahwa hukum harus ditegakkan dikarenakan menjadikan pintu keadilan dan kesejahteraan bagi buruh Indonesia.
Dalam momentum peringatan May Day 2014 ini. Kami Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) dan KASBI Kota Semarang menuntut:
1. Kenaikan Upah Minimum 2015 minimal 30% dan segera revisi dari 60 items menjadi 84 items.
2. Segera pemerintah memberikan pelayanan yang maksimal terkait Penyelenggara BPJS dan semua rumah sakit memberikan kemudahan dan pelayanan secara maksimal tanpa diskriminasi terhadap pasien peseta BPJS kesehatan, maupun masyarakat miskin yang belum ter-cover BPJS.
3. Jalankan Jaminan Pensiun Wajib bagi buruh pada bulan Juli 2015.
4. Hapuskan sister kerja kontrak dan Outsourcing yang tidak sesuai UU.
5. Hentikan praktik Union Basting dan berikan jaminan kebebasan berserikat dan perlindungan hak untuk berorganisasi.
6. Tindak tegas pengusaha yang menyewa premanisme untuk mengintimidasi Pengurus Serikat Pekerja atau Serikat Buruh.
KOORDINATOR UMUM
(BUNG RIYANTO)
GARDA METAL FSPMI KOTA SEMARANG
Nah, sebentar.
Ketika saya berjalan dari Pahlawan ke Pandanaran untuk mengambil motor. Tetiba saya ditanya oleh seorang anak kecil yang tadinya duduk kemudian berjalan searah dengan saya.
"Mas, punya uang tidak? Saya mau ke Salatiga naik bus, untuk membeli beras, saya tidak bohong, yang penting ibu saya bisa sembuh."
Sayangnya, saya benar-benar tidak membawa uang. Tinggal dua lembar dua ribuan di dompet saya, itu saja untuk membayar parkir motor di Gramedia.
"Maaf, dek. Waktu tidak ada uang," kata saya.
"Sepuluh ribu saja, tidak ada, Mas?"
"Maaf dek, tidak ada."
"Ya sudah, terima kasih, Mas."
"Ya, hati-hati ya, Dek," jawab saya sembari menepuk pundaknya.
Kemudian dia meninggalkan saya dan berjalan ke arah Simpang Lima, sedangkan saya menyeberang ke Gramedia Pandanaran.
Saya berpikir, apa yang saya lakukan benar, ya. Apa dia berbohong. Atau saya sedang tertangkap kamera di acara TOLONG dan saya seperti orang jahat yang sangat pelit memberikan uang pada orang yang membutuhkan.
Sebenarnya, saya bisa saja membantu jika saya membawa uang.
Atau, jika saya mengambil uang dulu di ATM.
Atau, saya memberikan sisa uang saya di dompet.
Atau juga, saya bersikap masa bodoh dan hanya beranggapan dia hanya berdusta.
Entahlah.
Kali pertama saya mengambil gambar. |
Spanduk FSPMI. |
Pemimpin demo. |
Pemimpinnya, |
Garda Metal, [mereka seperti pelindung jalannya demo, mungkin, ya]. |
6 Isu Prioritas. |
Saat hampir melangsungkan demo. |
Wah, saya malah menginjak rerumputan ini. |
Acara jalan sehat dan makan-makan. |
Pembagian door prize. |
Selamat Hari Buruh Internasional, dibuat bentuk seperti nasi tumpeng. |
Garda Metal lagi. |
Anak kecil yang berhasil mendapat rebutan door prize. |
Sepertinya, jika benar, ayahnya juga mendapatkan rebutan door prize. |
Entah, ketika melihat mereka, rasanya langsung 'trenyuh' saja, gitu. |
Nasib bukan untuk dititipkan, tapi diperjuangkan. |
Garda Metal lagi sepertinya. |
Tolak upah murah dan outsourcing. |
Jamsostum. |
Boikot acara Porseni sekarang [acara bagi door prize tadi]. |
Ternyata, mereka pun kelaparan. Duduk, dan makan. Hehe. |
-@andikajati-
Comments
Post a Comment