Halo.
Sudah berjumpa di liburan saja.
Saya sudah selesai melaksanakan Ujian Akhir Semester, sisanya, tinggal menunggu hasil dengan berserah pada Tuhan, hehe.
Saya hanya ingin bercerita lagi saja.
Ini tentang keadaan yang berada pada teman-teman saya.
Dulu, ini dulu.
Saya adalah Ketua Subsie Dokumentasi dan Publikasi. Saya memang bukan pengurus inti dari Organisasi Siswa Intra Sekolah [OSIS]. Tetapi, saya tetap bisa disebut sebagai pengurus OSIS, karena saya menjadi ketua dari salah satu organisasi / subsie bawahan dari kepengurusan OSIS.
Dulu, ini dulu.
Hubungan antara pengurus OSIS dan semua warga sekolah, khususnya murid-murid yang lain, haruslah harmonis dan saling mendekatkan diri. Tetapi, yang terjadi malahan yang kebalikannya. Hubungan kami tidak harmonis. Rasanya seperti berjalan sendiri-sendiri. OSIS berjalan sendiri, murid-murid yang lain berjalan sendiri.
Sampai pada suatu saat, banyak yang mengatakan dan menggunjing anak-anak pengurus OSIS.
"Orang-orangnya hanya ingin eksis," katanya.
Nah, satu kalimat di atas adalah topik utama bahasan saya kali ini.
Eksis, katanya.
Saya menangkapnya, bahwa orang-orang yang menggunjing tersebut adalah orang-orang yang anti-eksis. Dapat saya jelaskan menurut persepsi saya sendiri, mereka enggan melakukan suatu hal dengan imbalan. Mereka akan melakukan suatu hal dengan tulus dan ikhlas, tanpa imbalan apapun.
Mengapa saya berkata seperti itu?
Orang menjadi sesuatu, karena ingin mendapatkan sesuatu. Saya yakin sekali akan hal ini. Orang ingin menjadi pengurus OSIS, karena ingin mendapatkan manfaat belajar menangani organisasi. Jika memang, imbalannya adalah menjadi eksis dan dikenal banyak orang, maka, terjadilah. Tidak ada yang bisa disalahkan olehnya.
Lalu, bagi mereka yang menggunjing pengurus OSIS, pasti mereka mempunyai motivasi yang sebaliknya. Mereka tidak suka dengan yang namanya imbalan, karena mereka malah menggunjing orang lain dengan maksud benci menjadi sok eksis.
Eksis itu bukan hal yang negatif. Ingin menjadi eksis pun tidak. Hal tersebut sah saja, jika dilakukan tanpa merugikan hal-hal yang berarti buat orang lain. Lantas, mengapa banyak orang yang tak terima?
Nah, setelah waktu berlangsung beberapa lama.
Sepertinya, ada yang kena batunya, hehe. Begitu masuk ke dunia perkuliahan, ada salah satu orang dari yang pernah menggunjing orang lain seperti cerita saya di atas, mempunyai orientasi pikiran yang berbalik arah. Dia ingin aktif mengikuti organisasi, supaya menjadi dikenal oleh orang. Dengan harapan, dari dikenal orang, segala sesuatunya menjadi lebih mudah. Menjadi dikenal oleh orang merupakan definisi dari eksis, kan? Hehe.
Nah, bagaimana, kawan-kawan?
Orientasi pikiran mudah sekali berubah.
Saya pun demikian. Sering sekali saya berubah pikiran. Sering sekali saya mengubah idealisme.
Ini hanya salah satu bukti nyata saja.
Bahwa, semuanya tidak selalu bisa benar, dan tidak selalu salah.
-@andikajati-
Comments
Post a Comment