Skip to main content

Disparitas Respons Publik

Masih ingat dengan peristiwa bom yang terjadi di Paris dan di Suriah?
Kedua peristiwa tersebut terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dan berurutan.

Saya ingat sekali, ketika pertama kali muncul berita mengenai kejadian bom di Paris, publik langsung heboh dan semua media berisi menyiarkan berita tentangnya. Tak hanya itu, berbagai gerakan masyarakat, komunitas, dan personal movement mulai muncul di media sosial. 
Saya ingat, di display picture sosial media, mereka mengganti gambarnya dengan tagar #SaveParis [saya lupa tepatnya]. Tidak hanya di situ, twit bernada pembelaan bagi warga Paris muncul di Twitter dan platform sosial media lainnya. Intinya, begitu banyak sentimen positif dan empati yang diberikan berbagai orang di dunia akan peristiwa itu.

Sedangkan, perbedaan terjadi ketika peristiwa bom di Suriah.
Apakah masih ada yang ingat juga?
Saya yakin, pasti banyak orang yang mengetahui tentang peristiwa bom di Suriah. Bukan hanya masalah bom, terkait peperangan dan kehancuran pun pasti diingatnya.
Saat itu, saya tidak melihat usaha dan empati publik dunia yang sama diberikan untuk korban bom Suriah, seperti yang dilakukan orang-orang untuk korban bom Paris.
Sampai ketika saya melihat beragam interaksi di Twitter, beberapa orang menanyakan dan menyayangkan kondisi itu, contohnya seperti ini: 

"Kok tidak ada yang membuat tagar Save Suriah, ya? Hehe," 

Beberapa orang merasa ketidakadilan respon publik dunia terhadap peristiwa bom yang terjadi Paris dan bom yang terjadi di Suriah. Mereka menuliskan ekspresi yang seolah-olah mengatakan bahwa publik dunia tidak respect terhadap peristiwa yang terjadi di Suriah.

Saya tidak munafik, pada saat itu saya berpikiran bahwa hal itu akan berujung ke masalah sentimen agama.

Ini pendapat saya.
Saya merasa, perbedaan respons publik dunia terhadap kedua peristiwa tersebut tidak bisa secara mutlak disalahkan sepenuhnya ke publik. Menurut saya, perbedaan respons publik itu tergolong wajar. Mengapa?
Sifat manusia akan secara otomatis merespon sesuatu secara cepat ke peristiwa-peristiwa yang jarang terjadi. Sifat itu terjadi pada respons publik dunia terhadap kedua peristiwa bom.

Pertama, bom di Suriah. Seperti yang diketahui, selama beberapa tahun terakhir, kawasan Suriah merupakan kawasan yang dikenal sebagai kawasan bahaya. Hampir setiap saat, media menayangkan berita mengenai peristiwa perang di kawasan Suriah.

Sementara, bom di Paris merupakan peristiwa yang baru sekali itu terjadi, maksud saya, sangat jarang sekali terjadi. Paris, merupakan kota wisata dan bukan menjadi kawasan bahaya. Ketika terjadi satu peristiwa berbahaya, seperti halnya peristiwa bom, otomatis akan membuat gejolak yang heboh di publik dunia.

Silakan dicari, ada penjelasan science akan fenomena respon publik terhadap peristiwa yang terjadi.

Untuk diketahui, saya tidak membela respon publik dunia, dan saya juga tidak membela respons beberapa orang yang menyayangkan respon publik dunia itu. 
Saya hanya menyayangkan pemikiran beberapa orang tersebut, yang saya rasa, mereka menganggap bahwa segala hal dikaitkan dengan sentimen agama. Padahal, ada penjelasan science yang membuktikan bahwa respons manusia pun memiliki argumen tersendiri.

Be smart saja, biar tidak mudah tergoreng isu sampah. Apalagi mengenai isu sentimen agama. Cih.
Semoga dibaca, ya. Biar pintar.

Comments

Popular posts from this blog

Retreat di Angela Patrick, Bandungan

Halo selamat berkarya! Sudah hampir sebulan tidak  update tulisan di blog ini. Saya akan berbagi cerita mulai dari Retreat yang telah saya jalankan bersama rekan-rekan SMAN 3 Semarang. Jumat, 9 Desember 2011 - Minggu, 11 Desember 2011 Pukul 14.30 seusai pulang sekolah hari Jumat - pukul 14.30 hari Minggu di Bandungan Acara tahunan dari DOC (salah satu subsie di SMAN 3 Semarang) adalah mengadakan retreat di luar lokasi sekolah kami. Biasanya acara tersebut diadakan di Bandungan. Pada tahun 2011 ini dan bersaman dengan pengalaman pertama saya mengikuti retreat bersama SMAN 3 Semarang, diadakan di Rumah Retreat Angela Patrick, Bandungan. Tepatnya berada di belakang Pasar Bandungan. Beginilah ceritanya... Kebetulan pada hari tersebut tidak diadakannya kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga kami dapat pulang lebih awal dari biasanya. Awalnya saya dan Puguh teman saya belum tahu bila warga sekolah sudah diperbolehkan pulang, sehingga kami izin pada guru Bimbingan Konselin...

Lembah Kemenangan, Ungaran

Disciple of Christ atau biasa disebut DOC adalah subsie kerohanian SMAN 3 Semarang. Subsie rohani Kristen ini diketuai oleh Winson Christian pada periode 2012-2013. Di bulan Desember dan tahun 2012 ini subsie kami [re: DOC] diberi kesempatan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk mengadakan retreat. Retreat adalah kegiatan kerohanian di mana kita melaksanakan kebaktian di wilayah baru atau wilayah asing yang fungsinya untuk menjauhkan pikiran kita dari aktivitas dan kejenuhan tiap harinya. Di sana kita atau peserta retreat akan diberi makanan-makanan rohani berupa firman dan hal-hal kerohanian yang pasti tujuannya adalah diingatkan tentang Tuhan. Ya sudahlah, mengapa jadi membicarakan tentang arti retreat hehe. Jumat, 14 Desember 2012 - Minggu, 16 Desember 2012. Retreat DOC di Lembah Kemenangan, Ungaran. Salam. Hail. Jumat itu tidak seperti hari Jumat biasa. Pasalnya: 1. Saya akan mengikuti retreat DOC. 2. Saya akan menerima...

My Second Assignment

ANDIKA JATI NUGROHO 140608050 Peter Lind, Flavor Development Specialist Ben & Jerry’s Ice Cream, Waterbury, Vermont Hello. See me again. My name is Andika Jati Nugroho. I’m from G class. I got my second assignment from my teacher, Mrs. Bening. This unit is about “The Most Wanted Jobs in The World”. Luckily, we will discuss about Peter Lind, a flavor development specialist in an ice cream company. Here it is. First. I want to tell you, that I was simply shocked and I am still confused about Mrs. Bening’s system at reading activities....