Dokumentasi - Publikasi SMAN 3 Semarang.
Subsie kami memang subsie yang baru. Kira-kira baru empat tahun yang lalu subsie bawahan OSIS ini berdiri. Maka dari itu dibutuhkan program kerja atau proker untuk menjadikan subsie kami menjadi lebih go public hehe. Sebenarnya, kami pun ingin supaya subsie ini menjadi ekstrakulikuler.
Salah tiga keuntungannya adalah:
Salah tiga keuntungannya adalah:
1. Mendapat nilai di hasil report akhir semester.
2. Mendapat subsidi bantuan biaya dari sekolah.
3. Karena mendapat biaya, dapat menyewa seorang trainer agar menjadi lebih ahli.
Tetapi untuk menjadikan ekstrakulikuler dibatasi oleh beberapa syarat-syarat menurut seminar tata tertib di sekolah dua hari yang lalu, yaitu:
Untuk membentuk menjadi ekstrakulikuler:
1. Minimal anggota 20 orang.
2. Punya program kerja.
3. Pernah juara minimal kabupaten atau kota.
Sedangan sebuah ekstrakulikuler akan dibubarkan jika:
1. Anggotanya kurang dari 6 orang.
2. Tidak punya program kerja.
3. Jika bubar, anggota bergabung ekskul yang sejenis bakat minatnya.
Balik lagi ke cerita yang sesuai judul, Hunting Series...
Program kerja ini adalah proker yang baru pertama kali diselenggarakan. Sebuah program untuk melakukan hunting foto yang nantinya direncanakan untuk dipamerkan. Tahun ini kami berkesempatan melakukan program ke Yogyakarta - Pantai Krakal - Merapi. Saya ditunjuk menjadi wakil ketua oleh ketua subsie [kasubsie] kami, Romy Haidar. Di dalam kepanitiaan ini, saya bertugas untuk membantu ketua, Satrio Pambudi yang kebetulan adalah kakak kelas saya sewaktu duduk di bangku sekolah lanjutan pertama.
Berikut ini saya akan menceritakan segelintir kerumitan yang dialami oleh panitia.
Pertama, kami menyusun struktur kepanitiaan. Dan ternyata semuanya tidak sukses dilakukan karena akhirnya kami memakai jasa tour.
Kedua, terjadi ketidakpastian dalam tanggal penyelenggaraan karena pada waktu itu banyak gossip miring tentang tanggal penerimaan hasil report akhir semester.
Ketiga, ketidakjelasan panitia dalam konfirmasi ke pihak tour tentang tanggal pelaksanaan acara yang mengakibatkan pada awalnya tidak adanya bus dengan seats yang kami minta [35 seats].
Pokok masalah ketiga ini yang sedikit menyebabkan kegelisahan hehe. Sejak awal, kami memang sudah sepakat dengan keberangkatan tiga puluh siswa + dua guru pendamping dengan rincian yang sepertinya dua puluh orang siswa kelas X dan sepuluh orang siswa kelas XI. Tetapi ternyata ada sebelas siswa kelas XI yang ikut disertai dengan bus yang tersedianya hanya tiga puluh seats. Semuanya serba dadakan dan kurang terkoordinasi. Karena ada berita buruk tentang bus tersebut, saya disuruh oleh kasubsie untuk mengurangi jumlah peserta kelas X. Jujur sebenarnya saya kurang setuju dengan perilaku tersebut. Karena sebelum terdengar kabar tentang bus itu, kami telah mengajak dengan secara paksa kepada anggota subsie untuk ikut sehingga memenuhi kuota tiga puluh orang, dan secara dadakan harus mengurangi jumlah anggota yang ikut Hunting Series. Saya rasa itu hal yang kurang sopan karena surat perizinan dari sekolah pun juga sudah diedarkan ke orang tua. Awalnya saya dan ketua, Satrio Pambudi, bermaksud untuk tetap melaksanakan kegiatan dengan tiga puluh peseta + dua guru pendamping dan bus yang berkapasitas tiga puluh orang. Apapun caranya, kami semua harus berangkat bersama-sama untung Hunting Series. Untung saja kami merasa bahagia ketika H-1 hari karena pihak Bali Tour mengatakan jika terdapat bus berkapasitas 35 seats.
Keempat, tentang penarikan uang sebesar Rp 285.000,00; untung saja tidak berjalan rumit hehe.
Beberapa minggu dan melewati Ulangan Kenaikan Kelas.
Ada berita buruk lagi.
1. Mbak Gita kelas XI tidak diperbolehkan mengikuti hunting karena ada kunjungan dari saudaranya.
2. Maulana Risakti sang wakil kasubsie mengalami kecelakaan di kurang lebih H-seminggu. Dia mengalami kecelakaan yang disebabkan karena terjatuh dari sepeda motor. Menurut seorang sumber, kronologinya adalah ketika dia sedang melewati Mall Paragon, tiba-tiba ada seorang pengendara motor yang menyalip dan langsung nge-block sehingga Mas Ricky terjatuh dan dagunya terbentur jalanan. Akibatnya adalah dia harus dioperasi dan tidak mengikuti Hunting Series. Untuk menunjukkan rasa duka, kami bersama rekan-rekan anggota Dokumentasi Publikasi sempat menjenguknya di Rumah Sakit Karyadi.
Lanjut saja ya langsung ke hari H.
Segala persiapan sudah. MMT sudah [hari sebelumnya telah diambil], camera sudah, perlengkapan pribadi sudah, tinggal berangkat. Saya bangun jam setengah lima jika tidak salah. Cus mandi dan dandan dikit. Kami sepakat untuk kumpul di halaman SMAN 3 Semarang. Siapin semua perlengkapan, berdoa, pamit orang tua, lanjut masuk mobil, dan nyalakan mesin. Terlebih dahulu saya menjemput Dienti Laksmita Dewi ke rumahnya. Seperti biasa, muncul kedua orang tuanya dan saya pun mencium kedua tangan mereka hehe. Sebenarnya bukan masalah bagi saya untuk menjemput Dienti, hanya saja kali ini dia sempat melupakan obat-obatan miliknya yang mengharuskan saya putar balik. Lanjut ke SMAN 3. Dari kejauhan sudah terlihat Romy Haidar dan Satrio Pambudi menunggu bus yang datang. Baru aja sampai, saya sudah diajak ke Indomaret untuk membeli bekal di perjalanan. Waktu itu pukul enam pagi dan sudah ada beberapa anak yang datang. Saya pikir bakal banyak anak-anak yang telat dan mengingkari janji. Ternyata tidak, semua tepat waktu. Hanya saja ada satu orang wanita yang harus menunggu karena tas camera tertinggal. Di lapangan SMAN 3 Semarang sudah ada dua bus. Yang satu milik kami, sedangkan yang lain milik anak-anak kelas XI IPS yang juga akan pergi ke luar kota. Sebelum keberangkatan, kami foto bersama sebentar untuk dokumentasi dan lanjut berangkat. Waktu itu pukul setengah delapan pagi.
Di jalan, saya memilih duduk di belakang bersama Azmi Ilmi Aziz, Winson Christian, Rizky Damara, dan Alvian. Awalnya saya diajak duduk bersama Maulana Ihsan di tengah, tetapi karena Rosedelia Virginindya tidak mau duduk di belakang, saya pun menyuruhnya untuk duduk bersama Maulana. Di dalam bus terdapat lima seats kosong. Sayang sekali, Mas Ricky dan Mbak Gita tidak bisa turut serta. Kami dipandu oleh Bapak Herman dari pihak Bali Tour sebagai tour guide.
Memakan waktu empat jam dalam perjalanan dan akhirnya kami sampai di Yogyakarta, tepatnya di Malioboro. Menurut prosedur, disarankan untuk dibagi kelompok menjadi empat sampai lima orang dan tiap kelompok harus ada laki-lakinya dan kami diberi waktu satu setengah jam untuk kembali lagi ke dalam bus. Tetapi tetap tidak berjalan. Kami berjalan sesuka hati. Ada yang langsung ke Malioboro Mall dan ke Mcdonalds, ada yang menaiki delman, ada yang hunting foto, ada juga yang hanya jalan-jalan tanpa makna hehe. Kali ini saya memilih opsi yang sepertinya lumayan bijak. Empat puluh lima menit pertama saya gunakan untuk hunting foto. Sedangkan untuk empat puluh lima menit terakhir untuk jeng-jeng di jalan hehe. Sempat terjadi kejadian memalukan ketika saya hendak mengambil gambar lewat camera. Waktu itu saya sedang berjalan menyusuri pinggiran Malioboro dan terlihat seorang pengamen yang sepertinya tunanetra sedang memainkan angklung dan kencringan. Ketika sedang membidik gambar, tiba-tiba saya dilempar dengan tanah. Karena panik, saya langsung lari kecil tanpa meninggalkan uang. Kesimpulannya adalah, foto tidak dapat, celana terkena tanah, dan perasaan malu dilihat orang-orang. Pertama kali menjadi pembidik gambar di Malioboro dan pertama kali juga menjadi bahan amarah pengamen tua. Panas, malu, gusra-gusru, dan saya memilih masuk ke Mcdonalds Malioboro Mall. Baru masuk Mcdonalds, aroma harum, suasana dingin, dan wanita-wanita sudah menyambut. Ternyata rekan-rekan juga berada di tempat itu. Langsung pesan Sundae coklat dingin. Waktu itu hampir jam satu siang dan kami buru-buru kembali ke dalam bus.
Perut lapar, perut lapar, sampai sangat lapar. Kami sudah teriak-teriak minta makan pada tour leader hehe. Kami pun mampir ke Rumah Makan Numani. Ketika masuk sudah disambut oleh makanan model prasmanan. Sayang, menurut saya makanannya kurang oke. Istirahat sebentar dan sholat.
Kami melanjutkan perjalanan ke Pantai Krakal. Katanya perjalanan cukup jauh dan memakan waktu sekitar dua jam. Alhasil benar. Jalanan jauh dan berbelok-belok. Saya sempat heran mana ada pantai di jalan yang seperti jalan pegunungan seperti itu. Ternyata Pantai Krakal berada di balik Gunung Kidul. Seperti itu sepertinya, saya juga tidak tahu. Bosan...cukup bosan dalam bus. Semuanya tidur dan tenang. Tidak sabar ingin segera sampai di Pantai Krakal, maklum saya sudah lama tidak berlibur ke pantai. Kurang lebih jam empat sore kami sampai. Terlihat ombak yang cukup besar. Dan pertanyaannya adalah, ternyata sama sekali tidak ada water sport. Padahal saya sudah berniat ingin bermain kendaraan seperti di film James Bond [re: jet ski], ternyata tidak ada. Malahan tidak ada sama sekali. Cukup kecewa haha. Ya sudah, saya melepas alas kaki dan hendak merasakan airnya. Pasirnya cukup menyakitkan kaki karena ditabur banyak batu kerikil dan semacamnya. Ada satu masalah lagi yang bikin menyedihkan, rencana awal kami ke sana adalah mendapat moment sunset, ternyata sunset berada jauh dari Krakal, malah sebaliknya. Itulah salah satu akibat dari tidak adanya survey lapangan sebelum melakukan tour. Di Krakal, kami hanya mengambil gambar dan bermain. Mumpung ada pasir, saya iseng menuliskan huruf di sana hehe. Ya bukan untuk gaya-gayaan juga, tetapi untuk menyatakan perasaan hahahehe. Ya sudah tidak usah dibahas juga. Pukul enam sore kami kembali ke dalam bus dengan kondisi kaki sakit pegel dan kotor dan hendak pulang untuk beristirahat di Hotel Taman Eden 1, Kaliurang. Langit sudah gelap, jalanan gelap. Tiba-tiba Winson berkata, "Kalo ada zombie di sini bagaimana yaa," fuck off. Tiap jalanan gelap, Winson dan salah satu teman kami bernama Muhaiminan Hammas, selalu membahas tentang zombie dan cara menyelamatkan diri dari kejarannya. Langit makin gelap, tetapi suasana belum mati. Menyalakan Tv dan karaoke bersama yang dipandu oleh guru pendamping. Beberapa lagu awalan terdengar semangat, tetapi kemudian langsung hening dan semua tertidur. Kami sampai di Hotel Taman Eden sekitar jam sembilan malam. Semua kelaparan dan semuanya langsung ke ruang makan tanpa mandi dan masuk ke kamar masing-masing terlebih dahulu. Untuk makan kali ini, terlihat lebih memuaskan dibanding makan siang sebelumnya. Tapi karena gengsi, ya makan dikit aja hehe. Badan lelah, pikiran letih, beranjak ke kamar dan beristirahat. Ruangan berisi dua belas kasur jika tidak salah, dan diisi oleh semua pria. Awalnya, rekan-rekan hendak mandi malam, tetapi ketika melihat kondisi kamar mandi tersebut, mereka berubah pikiran. Hotel Taman Eden memang hotel yang sudah lama. Hotel dengan konsep gedung bertingkat dan ruangan seperti apartment. Sebenarnya hotel itu adalah hotel bagus untuk beberapa macam ruangan, tetapi untuk kamar kami para laki-laki memang terlihat lebih jelek. Waktu itu sekitar pukul sepuluh malam. Terlihat waktu yang pas untuk istirahat bagi teman-teman yang lain. Tidak bagi saya, Indra Cakraningrat, dan Azmi Ilmi Aziz. Kami harus diberi pengarahan terlebih dahulu oleh kasubsie untuk membawa subsie Dokumentasi Publikasi di periode berikutnya. Pengarahan cukup lama, sekitar dua jam. Kami baru merasakan jam betas setelah pukul dua belas malam. Beberapa teman sudah tertidur, dan yang lainnya masih menonton Tv dengan kesedihan karena Dion peserta Indonesian Idol harus tersingkir. Saya hanya melek sebentar dan akhirnya tertidur karena suasana sudah riyep-riyep.
Bangun sekitar jam tujuh pagi. Terkaget karena sudah banyak yang bersiap-siap. Rencana kami hari itu adalah ke Merapi. Karena hanya ada dua kamar mandi, itu saja hanya satu yang bagus, sehingga kami harus antri lama sebelum mandi. Baru sekitar jam delapan kami selesai dan menuju ke ruang makan untuk sarapan pagi. Wanita-wanita sudah wangi dan terlihat segar di sana hehe tidak terkecuali dua guru pendamping. Saya merasa perjalanan akan mundur dari jadwal dan akhirnya kejadian. Karena sudah disadarkan, kami berangkat ke wilayah sekitar Gunung Merapi. Hawa dingin, tetapi akan merasa panas sekali ketika terkena sinar matahari. Kejadian itu seperti ketika berada di Banyubiru sewaktu Live In [cek post lama]. Kami diberi waktu satu setengah jam. Banyak yang mengambil gambar, banyak juga yang mampir ke wedang ronde. Pendamping kami malah membeli madu di sana yang saya pikir sebenarnya banyak dijual di Semarang. Semuanya berpencar dan saya kehilangan Winson. Saya pun mengajak Azmi untuk mencari Winson dan akhirnya bertemu di sekitar pasir abu-abu. Jalannya curam dan hanya bisa dilewati dengan berjalan. Awalnya saya tidak mau menyusul karena takut terjatuh, tetapi biar terlihat oke saya pun memberanikan diri. Dengan cara jongkok atau duduk dan akhirnya saya berhasil sampai di bawah. Banyak pasir dan batu berwarna abu-abu. Cuaca juga sangat terik waktu itu. Foto-foto sebentar dan kami kembali lagi hendak ke bus. Pengalaman yang cukup menyenangkan dapat berjalan-jalan bersama subsie kebanggaan. Kami masuk ke dalam bus dan kembali ke Hotel untuk makan siang. Waktu itu pukul sebelas siang. Sesampai di Hotel kami berencana untuk mengubah jadwal dan menggantinya dengan berkunjung ke Ambarukmo Plaza. Awalnya semua sudah setuju, tour leadernya pun juga setuju, tetapi sayang karena guru pendamping kami keberatan. Dia beralasan bahwa suaminya berulang-tahun dan akan merayakannya di rumah malamnya. Tidak sedikit yang kecewa. Terlebih lagi ternyata Azmi Ilmi, Maulana Ihsan, Rahaditya Afif, dan Dienti Laksmita telah pulang terlebih dahulu dijemput temannya karena ada keperluan OSIS. Berkemas-kemas, makan siang dan perjalanan ke Semarang. Pada kesempatan makan siang itu saya cukup mengambil banyak karena kepala saya terasa pusing. Kira-kira jam dua siang kami berada di bus dan berangkat untuk pulang menuju Semarang. Di jalan terasa lebih sepi, karena kehilangan empat teman kami yang pulang duluan hehe. Apalagi saya dan Winson sedang terkena masalah mengenai tug as video Ekonomi. Suasana yang menyedihkan. Tetapi ada untungnya juga, karena jadi lebih banyak ada seats kosong. Waktu terasa sedikit lebih lama. Kami tiba di lapangan SMAN 3 Semarang sekitar jam enam malam. Sesuai jadwal, dan tidak ada keterlambatan. Saling berpamitan dan pulang ke rumah masing-masing.
Terdengar akhir yang menyenangkan bagi mereka, tidak bagi saya. Karena saya masih harus ke rumah Winson untuk mengerjakan tugas video Ekonomi bersama Muhaiminan Hammas. Tetapi sepertinya itu bukan cerita yang enak untuk dipublikasikan hehe.
Dua hari yang menyenangkan. Pengalaman yang luar biasa. Dan relasi yang semakin akrab. Semoga Hunting Series tahun depan dapat diselenggarakan lagi. Thanks yo!
Dalam bus |
Barisan becak depan Malioboro |
"Begini cara kami mencari uang," katanya |
Apa arti Yogyakarta tanpa becak |
Makan dulu ya biar kuat |
Makan siang |
Dua guru pendamping |
Makan dulu ya bang |
Indra Cakraningrat dan Maulana Ihsan Wardana [dari kiri] |
Jepretan pertama di Pantai Krakal |
Jepretan kedua |
Jepretan ketiga |
Kelakuan siapa ini |
Sunset kali ya |
Alvian, lakon keci, pendamping, Dinda [dari kiri] |
Jepretan pertama di Merapi |
Jepretan kedua |
Jepretan ketiga |
Jepretan keempat |
Comments
Post a Comment