Waktu lagi baca buku, cielah.
Tiba-tiba saja, muncul pikiran ini.
Mau diulas ah, hehe.
Catatan: ini hanya dari sudut pandang saya.
Tuhan Maha Adil.
Tentu saja, semua umat beragama setuju dengan hal ini.
Let's we make it by agree and disagree, not with true or false.
Kisah ini masih seputar pandangan hidup dan pendidikan, kok.
Terjadi di lingkungan saya, entah bagaimana di lingkungan kamu?
Saya berada di lingkungan sekolah yang [katanya] tergolong anak-anak pintar, berpengharapan tinggi.
Terlebih di kelas saya yang baru ini, banyak sekali anak-anak dengan nilai tinggi.
Coba saya ceritakan, ya.
Saya punya teman kelas.
Perempuan, inisial G.
Peringkat 1.
Cita-citanya adalah, menjadi seorang dokter.
Saya berpikir, pasti dia ingin universitas di kota tetangga yang terkenal itu.
Sudah sangat, yakin saya.
Dan ternyata, tebakan saya salah.
"Enggak boleh luar kota sama orang tua, disuruh yang di kota ini saja," katanya.
Wah, hehe.
Ada lagi.
Saya mempunyai teman kelas yang lain, yang ini berinisial B, hehe.
Laki-laki.
Dia cerdas, tidak banyak bicara, tidak menjengkelkan.
Nilai-nilainya sering menjadi yang tertinggi di kelas. Tapi tidak tahu untuk masalah peringkat, karena ini juga masih di semester lima awal, jadi belum semuanya terlihat mana yang paling beruntung mendapat nilai tertinggi, hehe.
Saya pikir sebelumnya, untuk anak laki-laki, paling tidak pasti dia mendaftar di universitas terkenal.
Namun ketika saya bertanya,
"Mau lanjut ke mana?"
Lantas dia menjawab, "Di kota sini saja, kok. Mungkin jurusan ekonomi, kasihan orang tua jika jauh-jauh," katanya.
Saya kaget.
Hehehe. Ternyata tebakan saya salah lagi.
Saya menyimpulkan, mungkin dia memang orang yang sederhana. Tidak muluk-muluk ingin ke universitas terkenal. Ya, memang. Strategi dalam hidup memang sangat penting. Tapi, ya, saya masih saja terheran-heran, hehe.
Eh, saya ingin memberi selipan perkataan dari dia.
Menurutnya, dalam menghadapi masa depan, ada tiga hal yang perlu kita ajak berkelahi, hehe.
Mereka adalah:
1. Strategi.
2. Kemampuan.
3. Keberuntungan.
Padahal, saya sempat berpikir, jika universitas terkenal pasti menunjang sekali untuk pekerjaan dan masa depan. Memang, banyak yang setuju dengan hal itu. Tetapi, saya sendiri merasa, saya perlu berpikir ulang akan hal itu, hehe.
Lantas.
Ada orang dengan nilai hasil laporan belajar - mengajar bagus sekali, tetapi tidak diizinkan oleh orang tuanya untuk ke lingkungan yang [kata orang] lebih baik.
Ada orang yang cerdas, tetapi pola pikirnya berbeda, sederhana, tidak melulu soal [kata orang] dan kemegahan dari sebuah almamater.
Sementara, di sisi lain, ada orang dengan kemampuan cukup, ingin mendaftar di universitas nomor wahid, seperti saya ini, hehe. Seperti menggapai pelangi padahal meloncat satu meter saja tidak mampu.
Memang, balik lagi ke awal.
Tidak ada yang salah dengan semua itu.
Namanya juga hidup. Beragam peristiwa, pola pikir, dan lain-lain.
Tuhan Maha Adil.
Ketika kita mampu, tetapi kita tidak menginginkannya.
Ketika kita belum tahu itu mampu atau tidak, tetapi kita sangat menginginkannya.
Mungkin ini yang dinamakan hidup itu adalah perjuangan.
Kita harus berjuang untuk mendapatkan sesuatu.
Tidak cepat puas, tidak cepat terlena.
Yuk, semangat.
Peace.
Apa kamu mengerti dengan semua ini?
Percayalah, bahwa saya tidak mengerti.
Percayalah, bahwa saya tidak mengerti.
-@andikajati-
Comments
Post a Comment