Mengapa, ya?
Ketika membuka media sosial, semakin tahu, semakin sakit rasanya.
Semakin dicari infonya, semakin merasa jatuh harga dirinya.
Selalu saja, itu terjadi.
Ketika menjadi banyak pengetahuan akan suatu info, maka, semakin sedih dan hancur dengan hati yang dirasakan.
Selalu terlihat kalah.
Tidak bisa menang.
Kalah wawasan, kalah perjuangan, kalah relasi.
Tidak punya prestasi, semua keinginan hanya ada dalam angan-angan.
Mengapa, ya?
Sesuatu yang saya lakukan dan saya kejar selama ini, tidak pernah bisa saya banggakan dengan porsi yang sama ketika melihat kepunyaan orang lain.
Apa memang "Rumput tetangga selalu lebih hijau"?
Atau memang karena benar adanya seperti itu, atau karena rumput tersebut, sebenarnya berwarna lebih keruh, bukan berwarna hijau.
Warna hijau hanya ada dalam sugesti dan nyali tingkat rendah di dalam hati saya.
Bahwa sebenarnya, kepunyaan saya, bisa menjadi lebih hijau.
Hijau yang berarti lebih baik.
Mungkin, saya hanya perlu mengubah perspektif.
Saya perlu menjadi layangan.
Bukan pada point, karena mudah terbawa angin dan tanpa kepastian arah.
Tetapi, karena kemampuan untuk terbang bebas, bisa terbang tinggi, tinggi sekali.
Entahlah, saya jadi bingung sendirian.
Jika ingin menuruti keinginan hati, tak akan ada habisnya.
Mungkin, kelebihan saya, ada di bidang yang lain.
Tidak seperti yang saya inginkan sebelumnya.
-@andikajati-
Comments
Post a Comment