Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2016

Orang [Tak] Suka Politik

"Banyak sekali kepentingan berbau politik yang sudah masuk ke sini. Kami hanya menerima," kata orang. "Semua politik itu sampah," kata orang. "Aku tidak mau terjun ke dunia politik," kata orang. "Politik hanya berisi koruptor yang tak mampu bekerja," kata orang. Begitu banyak tanggapan masyarakat tentang arti dan makna kata politik . Memang, lingkungan Indonesia berada dalam zona politik yang dapat dikatakan buruk. Saya mampu mengatakan itu, karena terbukti dari media yang tersebar di masyarakat, begitu banyak kejadian buruk terjadi pada aktivitas politik pemerintahan. Begitu banyak masalah yang muncul, sehingga menimbulkan banyak persepsi orang. Mulai dari orang yang paham betul dengan masalah itu, orang yang [sok] tahu, dan orang yang benar-benar tidak tahu. Berbagai tanggapan orang mengenai politik itu tidak salah. Mereka tidak sepenuhnya salah. Tetapi, begini. Tidak semua dan secara mutlak bahwa politik itu negatif.

Ibu dalam Keraton Yogyakarta

Minggu lalu, tanggal 6 Maret 2016. Saya dan pacar saya, bermain ke Keraton Yogyakarta. Kami memang datang berpasangan, bergandengan tangan. Ketika kami sedang berjalan keluar dari keraton. Ada seorang ibu tua memakai kacamata hitam sedang duduk di dekat pohon. Dia berkata, Ibu: I Saya: S Pacar: P I: Permisi, maaf mengganggu, ini dari mana, ya? S: Iya, Ibu...kami dari Semarang. Mengapa, Ibu? [kaget dan heran] I: Wah, dulu saya juga sering bergandengan begitu ke keraton. Tetapi, sekarang sudah tidak ada yang digandeng. [tersenyum] S: Wah...iya. [bingung harus menanggapi apa] P: [diam] I: Ya sudah...maaf mengganggu, ya. [tertawa] S dan P: Iya, Ibu...tidak masalah. P: Ibunya kasihan, jangan-jangan dia memang sering duduk di sana, terus kacamata hitam yang dipakai untuk menutupi dari orang lain waktu sedang menangis. S: Bisa jadi...bayangin seperti itu. P: [diam...terus menangis] Sayang sekali, saya tidak mengajaknya berkenalan dan berfoto. S

Tidak is Better than Jangan

Saya memang pengikut Kristus. Tetapi, saya tidak menolak ajaran dari agama lain. Agama adalah ciptaan manusia. Agama adalah ilmu. Saya mempunyai teman yang beragama Buddha. Dia pernah menceritakan beberapa nilai dari agamanya, yang jelas berbeda dengan ajaran agama saya. Saya tidak akan menceritakan hal yang rumit dan heboh, hanya satu kata hal yang sederhana. Dalam agama Buddha, diajarkan untuk menghindari hal-hal yang buruk. Hal yang biasa bukan? Tetapi, mereka menggunakan kata TIDAK. Bukan menggunakan kata JANGAN. Setelah saya pikir, benar juga itu. Saya belum begitu pandai memberi arti pada kata bahasa. Kata tidak dan jangan memang mempunyai arti sama. Tetapi, kata tidak lebih condong ke arti bahwa hal tersebut tidaklah mungkin dilakukan. Sedangkan, kata jangan lebih condong ke arti bahwa hal tersebut mungkin dilakukan, tetapi, tidak diperbolehkan. Bingung? Saya menganggap arti dua kata tersebut seperti penjelasan saya di atas.

The Judge

Hakim. Bertugas menghakimi. Hakim adalah suatu pekerjaan yang mulia, yang agung, yang berkuasa. Banyak orang meinginkan jabatan menjadi hakim. Selain karena idealisme pemikiran kebenaran menurut versi tiap orang, gaji yang fantastis, dan penentuan keputusan perkara yang menakjubkan. Menjadi hakim itu [terlihat] mengerikan. Memang benar kata Ben Parker,  "Semakin besar kekuatan yang dipunya, semakin besar tanggung jawab yang diemban." Pada dasarnya, tiap individu sudah menjadi hakim atas sekitarnya. Meskipun bukan pada perkara besar, melalui perkara kecil. Manusia sudah menghakimi suatu hal. Saya akan berkata, bahwa saya benci hal itu. Padahal, saya pun sering sekali menghakimi sesuatu. Teringat pada bacaan Injil tadi sore, tentang seorang yang berbuat zinah ditangkap oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Mereka berniat mencobai Yesus dengan pertanyaan, "Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Mus

It's Not Like What You Think

Beberapa waktu telah saya lalui. Dari waktu tersebut, saya mempelajari banyak hal. Saya berada pada posisi yang mengharuskan saya mendengarkan semua pendapat. Saya harus berada pada posisi netral. Saya tak boleh memihak. Saya tak boleh berpikiran negatif. Saya harus memancarkan energi positif, saya harus menjadi orang yang terlihat bersemangat di antara teman-teman lainnya. Makin ke sini, saya menyadari. Bahwa begitu banyak pemikiran dan penilaian yang tidak sepaham. Tidak selaras. Bahkan tidak saling berhubungan, dan menciptakan kesalahpahaman. Banyak sekali kejadian yang serupa terjadi. Orang-orang selalu bercerita tentang apa yang mereka rasakan. Itu hal yang benar, memang, itu benar. Tetapi, mereka sering sekali lupa, bahwa peristiwa yang mereka alami tidak dapat digeneralisasikan dengan semua kejadian yang ada. Orang memang mampu berpendapat, menilai, memberikan kritik, dan membayangkan perasaan orang lain. Tetapi, itu tidaklah benar dan mutlak.