Hakim.
Bertugas menghakimi.
Hakim adalah suatu pekerjaan yang mulia, yang agung, yang berkuasa.
Banyak orang meinginkan jabatan menjadi hakim.
Selain karena idealisme pemikiran kebenaran menurut versi tiap orang, gaji yang fantastis, dan penentuan keputusan perkara yang menakjubkan.
Menjadi hakim itu [terlihat] mengerikan.
Memang benar kata Ben Parker,
"Semakin besar kekuatan yang dipunya, semakin besar tanggung jawab yang diemban."
Pada dasarnya, tiap individu sudah menjadi hakim atas sekitarnya.
Meskipun bukan pada perkara besar, melalui perkara kecil.
Manusia sudah menghakimi suatu hal.
Saya akan berkata, bahwa saya benci hal itu.
Padahal, saya pun sering sekali menghakimi sesuatu.
Teringat pada bacaan Injil tadi sore, tentang seorang yang berbuat zinah ditangkap oleh ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
Mereka berniat mencobai Yesus dengan pertanyaan,
"Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari dengan batu perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal ini?"
Untungnya, Yesus dengan elegan menjawab dengan,
"Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melempar batu kepada perempuan ini."
Pada akhirnya, tak ada orang yang melempari perempuan itu dengan batu, bahkan Yesus yang tak berdosa pun tidak melemparinya. Tentu saja, semua orang-orang itu merasa diri mereka berdosa.
Orang berdosa, mengatakan orang lain berdosa, dan menghakiminya.
Memalukan sekali perilaku seperti itu.
Semakin ke sini. Saya sering menemukan orang-orang yang seperti demikian.
Saya tak peduli seperti apa saya, karena bukanlah saya yang mampu menilainya.
Kata orang, Yesus sendiri datang ke dunia bukan untuk memperjelas hukum Taurat, melainkan menggenapi hukum tersebut.
Banyak hukum Taurat yang tidak secara mentah diterima oleh Yesus, seperti contohnya hal-hal di atas, atau mengenai hal memakan hewan berkaki.
Yesus datang untuk menggenapi, dan memandang sesuatu hal dimulai dari hati.
Bukan hanya semata dari perbuatan.
Jika orang percaya dengan Alkitab, pasti akan banyak orang tersadarkan.
Kristus saja tidak semena-mena menghakimi, apalagi manusia yang dosanya sungguh luar biasa banyak.
Mikir.
Comments
Post a Comment