Pertama, coba baca judul entry-nya.
Kedua, coba pahami maknanya.
Ketiga, coba analisis apa yang akan saya bahas.
Jadi begini.
Sedikit cerita saja ya tentang peristiwa dulu ketika saya duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Waktu itu masih heboh-hebohnya mall Paragon dan XXI dan hal lain sebagainya.
Sebentar, sebelumnya, di sini ada lima tokoh:
A: saya
B: teman laki-laki saya
C: teman perempuan saya
D: teman dari teman perempuan saya
E: pacar teman dari teman perempuan saya [re: laki-laki]
Hehehehe.
Tidak bingung kan?
Seperti ini.
Basicnya, sebenarnya B sudah memendam rasa dengan C. Tapi entah itu benar atau tidak keasliannya. Masih seperti candaan, tapi juga tidak. Saya pun juga sebenarnya tertarik dengan C, tapi ya sudahlah, teman tapi lebih saja hehe.
A dan B hendak mengajak nonton film di bioskop XXI bersama C. Waktu itu, C menerima ajakan kami. Dia pun mengajak D yang sepertinya pernah suka sama A, hehe [ini bukan terlalu percaya diri, fakta, percayalah, hehe]. Padahal, waktu itu, D sudah mempunyai pacar, yang adalah E [teman dekat A dan B].
Tetapi begini, saya lupa detail-nya.
Yang jelas, sepertinya atau mungkin juga dari sudut pandang saya, D tidak ingin jika E ikut menonton film bersama di XXI. Padahal, awalnya kami berlima sudah seperti janjian. Sepertinya, saya lupa hehe.
Skip saja deh. Intinya seperti itu. Sampai pada ketika kami berempat [tanpa E] untuk kongkalikong bagaimana caranya supaya E tidak usah ikut tetapi juga tidak melukai perasaannya. Satu-satunya jalan, berbohong. Lagi-lagi saya lupa seperti apa cara berbohongnya. Yang jelas, berbohong. Hehehe. Niat tidak sih ini saya cerita?
Rasanya berat juga untuk seperti itu. Terlebih itu teman dekat. Tapi, entah, ya sudahlah.
Baru pada akhirnya cuma kami berempat yang jadi untuk menonton film di XXI. Dengan cara berbohong!
Berbohong.
Sials.
Busuk.
Memang.
Tapi, ada saja rasa untuk membiarkan itu semua terjadi.
Memang ada rasa untuk menolak, tapi tidak sedikit juga rasa untuk membiarkan.
Sampai pada saat ini pun juga.
Saya masih sering menganalisa, bagaimana cara orang-orang untuk saling menjaga urusan satu sama lain.
Mungkin timbul kejadian seperti cerita saya di atas ini karena satu hal: perasaan antar lawan jenis.
Saya rasa yang saya temui selama saya hidup ini ya memang seperti itu. Hanya seputar hal tersebut.
Selalu berulang-ulang.
Sials.
Ada cerita lain.
Teman saya seorang laki-laki, sedang melakukan pendekatan kepada seorang wanita, melalui perantara yang ternyata laki-laki. Eh, pada akhirnya malah tidak berjalan sukses. Karena banyak isu, malahan si perantara yang diam-diam mencuri kesempatan mendekati wanita itu. Sehingga akhirnya malah saling rasanan di belakang.
Atau juga ada cerita lain.
Tetapi sepertinya jika semua diceritakan, maka lelah juga jari jemari saya.
Hehehe.
Hanya berbagi cerita.
Bagaimana cerita kalian tentang hal ini.
Kemunafikan, rahasia, dan menjaga perasaan.
Yang sebenarnya hanya tertuju pada.
Ingin berbohong, tetapi selamat.
Ingin berdusta, tetapi tidak terkena akibat.
Manusia.
Comments
Post a Comment