*note: semua dialog sudah diubah menjadi bahasa Indonesia
Kejadian ini singkat.
Terjadi suatu hari.
Kamis, saat jam pelajaran akhir berganti.
Mak'e adalah pemilik salah satu kantin di sekolah.
Mbak Siti adalah anaknya Mak'e.
Dan anak Mbak Siti adalah anaknya Mbak Siti, namanya sama seperti saya, Andika. Umurnya berapa ya, mungkin di bawah delapan tahun.
Sedangkan Mas Ahli Bangunan ya yang sedang membangun sekolah.
Begini.
Dari kejauhan, terlihat Mbak Siti dengan muka kebingungan.
"Cari apa, Mbak?" tanya teman saya, Anadio Vikko.
"Andika, tidak ada dari jam 10 tadi," [waktu itu jam 12 siang].
"Ini Andika," [sambil menunjuk saya], "Andika gendut tapi."
SIAL.
Anadio memang sial. Ada orang tua lagi kebingungan, malah dicandain.
Saya menuju kantin hendak makan di kantin Mak'e.
Tetapi kok raut mukanya seperti sedang sedih dan bingung.
"Andika hilang dari tadi, bingung aku," katanya.
Tiba-tiba dari kejauhan datang Mas Ahli Bangunan bersama Anak Mbak Siti. Ternyata anaknya dibawa jalan-jalan keliling sekolah. Tetapi sepertinya tanpa izin orang tua dan eyangnya.
Mak'e menghampiri Mas itu dan langsung teriak, marah, menangis.
"Mas! Kalo mau ngajak main bilang dulu, dicari ke mana-mana, orang tuanya bingung, Mas!"
Mas-nya seperti cuek dan langsung meninggalkannya.
Anak Mbak Siti dimarahi Mak'e.
"Besok lagi nggak usah ikut ke sekolah, di rumah aja!"
Anak itu cemberut dan sedih.
Datanglah Mbak Siti.
Tambah kena marah lagi anaknya.
Kasihan.
Mungkin maksud Mas Ahli Bangunan dan Anak Mbak Siti hanya main-main, tetapi mungkin caranya salah karena tidak pamitan.
Dan saya yang awalnya hendak makan, jadi tidak berani, karena kondisinya seperti itu, hehe.
Ya sudah, tidak jadi.
Begitulah, orang tua.
Yang sangat sayang dan khawatir pada anaknya.
Terima kasih, para orang tua.
Comments
Post a Comment