Ini cerita yang terjadi beberapa pekan lalu.
Yang menimpa keluarga saya.
Bukan perkara besar, memang.
Tetapi sepertinya asik untuk diceritakan hehe.
Yang pertama adalah, order di restaurant / rumah makan.
Salah satu rumah makan sea food di Semarang.
Yang jika saya menyebutkan tempatnya, bisa-bisa saya terkena masalah.
Seperti dituntut, atau dimasukkan penjara, atau menjadi bahan berita infotainment, haha.
Jadi, waktu itu hari Minggu, usai dari kebaktian Gereja pagi hari.
Berada pada kondisi full team, atau ada: bapak, ibu, kakak, dan saya.
Awalnya ingin makan siang di rumah makan A, tetapi ramai, jadinya ke rumah makan B.
Sejak masuk, saya merasakan feel yang berbeda.
Saya rasa penyebabnya adalah:
1. Sepi
2. Raut wajah dari para pelayannya itu datar, tanpa senyum, seperti tidak semangat, saya rasa.
Kami duduk dan mulai membuka menu makanan.
Di sini baru mulai timbul kejadian.
Seorang pelayan datang.
Ibu saya bertanya, "Mas, maksudnya pepes ikan itu apa ya?" [karena di daftar menu cuma ada tulisan "pepes ikan", tidak ada penjelasan jenis ikan apa].
Mas pelayan menjawab dengan muka bingung, "Yaa.. ikan biasa, seperti ikan biasa."
Sedikit aneh, hehe.
Lalu ketika semua pesanan sudah, minta untuk dibacakan sekali lagi oleh mas pelayan.
Dia membacanya dengan nada tidak mantap dan salah.
Sepertinya dia bingung dengan dua kata ini, "sensor dan sensor", saya rasa.
Sudah...lalu berlanjut.
Beberapa menit kemudian, datanglah minuman.
Saya dan ibu memesan jus tomat.
Tetapi yang datang malahan jus berwarna hijau.
Saya awalnya kaget, tetapi saya pikir ada kali ya, tomat hijau, eh ternyata sebenarnya tidak ada.
Saya meminumnya, jelas, itu salah. Itu adalah jus alpukat.
Pelayan itu langsung mengambil jus itu, tetapi hanya yang punya ibu, karena punya saya sudah diminum.
Sejak itu, semakin terasa aneh.
Bapak pun langsung berkata, "Aneh.. Pesan minuman kok bisa salah."
Sedikit tidak nyaman ada kejadian seperti itu.
Baru datanglah makanan.
Dan yak, salah lagi.
Kami memesan ikan gurami goreng dan ikan apa saya lupa berbumbu khas. Yang datang, dua ikan itu berbumbu sama.
Langsung, Bapak sedikit mengeluarkan nada kesal.
"Nah kan, salah lagi. Coba cek tulisan kamu, Mas. Salah sampai dua kali. Maksudnya apa? Kalian mempermainkan kami? Mana mungkin pesan dua ikan dengan bumbu sama..gila apa," seperti itu kira-kira.
Situasi tambah tidak nyaman.
Muka mas pelayan juga diam. Salah satu pelayan lain langsung meminta maaf dan menggantikannya dengan ikan gurami goreng. Mas pelayan yang dari awal banyak melakukan kesalahan juga meminta maaf.
Salah satu dari mereka pun berkata, "Maaf, Pak. Mas-nya ini juga masih training..."
Bapak menjawab, "Bukan masalah training... Dari awal sudah tidak jelas tempat ini, jadi tidak enak kan makannya, Mas.."
Hening.
Saya sedikit tertawa tapi ya masa bodoh. Makan saja, hehe.
Kemudian datanglah ikan gurami goreng.
Ikannya besar.
Apa karena kami sempat kritik, sehingga mereka berdiskusi untuk memberikan ikan yang besar? Hahaha.
Coba dibayangkan, pasti lucu, hehehe.
Mari makan!
Pada akhirnya juga, kami malahan diberi hadiah pencuci mulut, buah-buahan. Kami menolak, tapi dipaksa.
Saya sebenarnya tertuju pada satu hal. Di mana mas pelayan yang melakukan kesalahan itu? Hehehe.
Mungkin dia sedang di dalam "staff only" dan sambil merasani kami, hahaha.
Ya..sudah selesai. Membayar, dan pulang.
Di dalam mobil malah tertawa.
Kasihan sebenarnya, tetapi ya bagaimana.
Hidup itu keras juga.
Seperti apa ya saya besok?
Apa akan dapat kejadian dihina di depan banyak orang?
Sekeras apa pekerjaan saya besok ya, hehehe.
Terlebih lagi, yang sebenarnya memalukan adalah.
Mas pelayan salah memuat minuman, dari jus tomat dengan jus alpukat.
Konsumen [saya] tidak tahu, mana jus tomat, mana jus alpukat.
Hahaha sialan.
Yang kedua adalah, delivery service by phone.
Di hari yang lain, sore itu, rumah tidak ada makanan.
Sehingga bapak ingin memesan makanan.
Dengan cara delivery service by phone.
Ketika sudah menelepon menggunakan handphone, kami menunggu.
Awalnya setengah jam, satu jam, hingga satu setengah jam.
Lalu, Bapak menelepon lagi dengan telepon rumah dan ternyata mereka bilang, "Maaf, Pak. Tidak ada yang mengantar."
Bapak langsung kesal.
Awalnya dengan nada mengancam, "Saya bicara dengan siapa? Saya samperin kamu sekarang!"
Tetapi tidak jadi, diakhiri dengan ceramah, "Jangan gitu, Mas. Jangan karena kami terus dikalahkan seperti itu, dengan alasan tidak ada yang mengantar, saya konsumen, anda penjual, saling menghargai, malu saya, ada tamu mau makan, tetapi tidak datang-datang makanannya, sampai pulang mereka," [berbohong sebenarnya].
Ternyata, sebenarnya mereka sudah memberi SMS ke nomor handphone yang digunakan Bapak saat order pertama. Tetapi, handphone-nya sedang di-charge dan tidak ada yang tahu.
Dengan alasan, "Saya menelepon dengan pinjam tadi."
Hahaha.
Sebenarnya saya bingung, yang salah siapa.
Saya rasa tidak ada yang salah.
Bapak saya mungkin ya, karena tidak mengecek handphone.
Pengalaman baru lagi.
Hahaha.
Comments
Post a Comment