Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Mempertanyakan Hak

Melihat ke belakang, ke kisaran dua tahun sebelum sekarang, saya merupakan orang yang sangat yakin akan nilai dari hak seseorang. Saya meyakini, hak merupakan wujud absolut dan mutlak yang melekat ke diri seseorang. Saya berbicara tentang hak dasar di sini; yaitu ada dua hak yang saya yakini: 1. Hak atas otoritas tubuh diri sendiri 2. Hak atas properti yang sudah secara sah (dan legal) dimiliki Dulu, saya mengimani bahwa dua hal yang saya sebut di atas ini adalah hak dasar yang wajib dimiliki. Setidaknya, itu yang saya percaya selama berbulan-bulan. Namun, kemudian saya bertemu dengan rekan yang menantang pemikiran saya itu. Baginya, hak itu tidak pernah ada. Memercayai hak itu bagaikan memercayai kepercayaan yang bersifat semu.  Mengapa? Karena menurut dirinya, hak tidak bersifat absolut; dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan kesepakatan oleh pemegang otoritas yang lebih tinggi.  Jadi, pandangan ini seakan-akan menjauhkan hak dasar dari diri ses

Gereja

Aku rindu pergi ke gereja Aku rindu merasakan hangatnya ocehan keluarga di kantin gereja Aku rindu pelukan dan senyum yang ceria dari warga gereja Aku rindu Aku tidak tahu Apakah rinduku ini berbasis pada kepercayaan? Atau hanya rindu yang berbasis pada rasa ingin nostalgia? Sepertinya, prasangka yang kedua Rinduku

Mohon Segera Sadar, Para Pria!

10.00 pm Suatu ketika, saya sudah melakukan pemesanan untuk satu meja di suatu bar di daerah Gunawarman. Saya berangkat dari indekos bersama lima teman kantor saya yang lain, semua pria. 11.30 pm Ketika sudah sampai di lokasi bar tersebut, lalu saya mengajak satu teman wanita. Dia mengiakan dan akan menyusul, karena dirinya masih berada di daerah Pondok Indah. 00.15 am Sekitar pukul ini, saya sudah hampir tak sadar diri sepenuhnya. Saya melihat cellphone milik saya berdering. Ternyata, teman wanita saya itu menelepon. Saya masih mampu mencerna dan membaca notifikasi dari dirinya, dia mengirim pesan bahwa sudah berada di bar tersebut dan menanyakan tempat saya duduk di meja mana. Namun, saya tak kuasa untuk mengetik dan menuliskan kata pada cellphone, saya hanya mamu membaca. Kemudian, saya meminta teman saya untuk membalas pesan tersebut. Saya tunggu. Saya menunggu teman wanita saya itu menghampiri. Tapi, tak kunjung datang. 11.00 am Saya sudah terbangun dari ja

Mau Berlayar ke Arah Mana?

Perkuliahan adalah kerajaanku Aku mampu mengadu ide dan pemikiranku Tidak akan kuterima kekalahanku dalam berargumen Aku mampu berbicara banyak dan lepas Aku percaya diri dalam berekspresi Namun sekarang, itu semua hilang, sirna Ketika aku berada di posisiku sekarang Aku kosong Aku kehilangan arah Aku tak punya perahu Aku tak punya kompas Tak tahu tujuan Bagaimana aku bisa mencari tahu?

Nasionalisme Tanda Tanya

Hai! Izinkan saya untuk menuliskan tentang hal di bawah ini yang tidak jauh berbeda dari konteks keseragaman. Yaitu adalah, nasionalisme . Saya yakin, pasti Anda sering sekali mendengar beragam seruan seperti, " Aku Indonesia " " Pancasila " " NKRI Harga Mati " " Nasionalis " " Patriot " etc. Note : Ini merupakan cara pandang saya secara pribadi dan subjektif, mungkin berbeda dengan cara pandang orang lain. Saya tidak setuju dengan cerita heroik bak pahlawan yang sering ditanamkan pada diri saya sedari kecil. Salah satu contoh yang saya maksudkan, adalah pahlawan kemerdekaan. Saya setuju, mereka sudah memerdekakan negara Indonesia dari campur tangan negara lain [fakta, checked ]. Namun, saya melihat ada satu poin kosong yang terlupakan dari glorifying keberhasilan kemerdekaan   di situ. Hemat saya, orang-orang hanya menumpukan pikiran pada keberhasilan dari buah kemerdekaan yang sudah diraih; dari keberh

Kembalikan Rasa Tidak Aman

Ternyata, posisi saya sekarang ini, malahan membuat diri menjadi cepat puas diri. Saya tidak bisa menikmatinya. Kembalikan rasa tidak aman yang menyelimuti pikiran dan hati saya selama lima tahun terakhir. Rasa tidak aman atau insecure yang seperti itu malah membakar semangat saya. Tidak membuat diri saya menjadi cepat puas diri, malas berjuang, dan tidak melakukan apa-apa. Carilah jalan yang sulit. Lewati. Sudah beberapa bulan ini saya tidak aktif membaca, pun menulis. Ada yang salah dengan diri saya. Rasa keingintahuan pun menjadi minimal. The lack of curiosity is dangerous. Saya merasa kosong, tidak tahu apa-apa. It is not cool . Ayo, ayo. Mari cari jalan yang lebih sulit .

Cinta Buta dari Sudut Keseragaman

Mari dibayangkan secara sederhana dengan kondisi politik di suatu negara. Seorang presiden sangat mungkin untuk menjadi sosok yang [paling] dibenci para oposisi. Lawan atau oposisi dari presiden tidak hanya dari kalangan politisi dan afiliasi partai politik tertentu saja, namun juga bisa berasal dari awak media. Tetapi, sebesar apa pun rasa kebencian terhadap presiden yang sedang bertakhta dan berkuasa, perasaan itu akan pudar ketika presiden mendapatkan lawan dari negara lain [bisa dari presiden negara lain]. Mengapa? Karena pada akhirnya, adalah semua akan kembali ke kata keseragaman atau kesamaan. Ya, pada hal ini adalah sama-sama berasal dari negara yang sama. Sama-sama hidup dari negara yang sama. Hemat saya, entah secara sadar atau tidak sadar, akan terciptanya sentimen baru yang berasal dari oposisi. Sentimen yang dimakud adalah sentimen defensif. Betul, sentimen bertahan dari negara lain yang sedang melakukan konfrontasi ke negara mereka. Satu poin yan

Iman Awam dari Kaum Muda

"Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda." - Tan Malaka Quote  di atas sudah sering dibacakan, diceritakan, dan bahkan di- trending- kan. Tanpa bermaksud untuk mengerdilkan orang-orang edgy dan / atau berlatar pemikiran yang luar biasa, makna dari sebuah kalimat itu mampu menempel dan membekas di dalam pikiran saya dengan sangat baik. Ternyata, saya cukup menikmati perjalanan hidup dari seorang bocah yang tidak mengerti banyak hal, kemudian menjadi remaja yang merasa tahu segala hal, sampai pada titik sekarang; memiliki umur yang hampir bisa disebut dalam psikologi populer sebagai quarter life ,   namun masih berhasrat besar untuk belajar. Memiliki idealisme merupakan salah satu keistimewaan dan keberanian yang saya acungi jempol [bukan memiliki makna implisit sebagai salah satu metode kampanye, ya]. Saya mengamini dan mengimani bahwa masa muda atau remaja merupakan masa yang paling menantang. Bagi saya, masa muda yang sudah dilengkapi d

[Hak] Keistimewaan

Disparitas keistimewaan [ privilege ] merupakan suatu kondisi yang susah disangkal.  Harus dan memang sangat mampu diakui, hak keistimewaan setiap orang itu berbeda. Saya merupakan salah satu anak yang pernah berpikir naive .  Saya dulu tidak menerima realitas bahwa keistimewaan tiap orang, sejati dan idealnya haruslah sama. Ternyata, dunia bekerja tidak seperti itu cara mainnya. Setiap individu yang merdeka, memiliki masing-masing hak keistimewaan yang berbeda. Terimalah itu. Ingin mencoba denial sampai lelah pun, kesimpulan akan merujuk pada perbedaan hak keistimewaan tiap orang. Satu hal yang [mungkin] bisa kita lakukan. Banyak orang berkata, "Periksa posisi kita sekarang berada di mana, manfaatkan hak keistimewaan itu untuk menunjang keberhasilan dalam meraih tujuan,"

Perubahan Cara Berdialektika

Sebelumnya, saya sudah memiliki pandangan dan asumsi tentang hal ini. Asumsi itu timbul akibat fenomena yang terjadi pada saya dan teman-teman di lingkungan saya. Saya hampir yakin, Anda pun pasti pernah mengalami dan mendengarnya. Contoh yang paling mudah untuk dijelaskan adalah ketika saya kesulitan dalam memahami materi perkuliahan di kelas. Dari awal, dosen sudah memberikan buku bacaan atau referensi yang dapat dibaca untuk menunjang mahasiswa mendalami materi yang diberikan. Biasanya, dosen memberikan tiga contoh buku referensi. Bagi mahasiswa, mendapatkan buku-buku tersebut pun tidak sulit, karena perpustakaan kampus memang sudah memiliki buku-buku itu dan bisa dipinjam oleh mahasiswa, sudah sangat mudah.  Dulu, ketika saya masih menjadi mahasiswa baru, saya merupakan salah satu orang yang bermental ambisius. Saya membayangkan perkuliahan adalah sesuatu yang canggih, serba luar biasa. Namanya saja mahasiswa, bukan lagi siswa, melainkan mahasiswa. Jadi, mekanisme berdialektika

As Apprentice at PT HM Sampoerna Tbk.

Goodbye and thank you, pals! Cc: Technical Training Department, Karawang ID Lakon dan user. Lakon dan pals.