Skip to main content

Incredibali 2012





Salam bulan Desember.
Salam Natal.
Salam Tahun Baru.
Salam salju.
Salam Santa Claus.
Salam kumpul keluarga.
Salam film Doraemon.
Salam film Toy Story.
Salam film-film anak kecil yang lainnya.
Salam juga film Home Alone.
Salam lagi buat film-film lain yang sering dimainkan hehe.

Sekian bagian salam-salaman.

Kembali lagi ke topik entry, INCREDIBALI 2012.
Salah satu program dari OSIS SMAN 3 Semarang.
Yaitu widyawisata ke pulau Bali, pulau yang sangat dibangga-banggakan negeri saya, Indonesia.

Sebenarnya saya ingin bercerita tentang balik layar dari persiapan widyawisata ini. Mulai dari relasi antar kepanitiaan dan pemilihan biro. Tapi sepertinya tidak usah saja ya? Daripada membingungkan dan terkesan tidak baik untuk salah satu pihak. Jadi ya lebih baik bercerita yang enak-enak saja, bukan? Hehehe.

Enaknya cerita dari hari apa ya?
Untuk proses penerimaan report keramat dan retreat sudah diceritakan di entry lain. Jadi, saya ceritakan dari persiapan H-1 saja ya, jadi ya hari Minggu.


Minggu, 16 Desember 2012 [usai pulang dari retreat].

Sesampai rumah dan bertemu orang tua. Saya langsung menyiapkan koper dan ransel yang akan diisi perlengkapan untuk ke Bali. Oh ya, tidak lupa juga untuk menyiapkan camera. Maklum bro, namanya juga tugas hehe. 
Masukkan satu-satu. Mengingat-ingat harus membawa berapa setel pakaian. Charger apa saja yang dibawa. Dan peralatan yang lainnya hehe. 
Ketika sore itu, semua sudah siap. Tiba-tiba mendapat chat dari Satria Willy. Dia mengajak saya untuk bertemu di RS. Elisabeth tempat dia dirawat karena penyakit Demam Berdarah. 
Ada berita penting, katanya.
Ya sudah, saya mandi dan mengajak Widya Wahyunanto untuk bertemu di RS. Elisabeth. Kebetulan saat itu Wahyu juga sedang punya keperluan untuk menemui produsen jaket kelasnya yang bermasalah hehe. Apalagi karena tempatnya yang jauh, Arteri. Bayangkan saja jika dari Banyumanik - Arteri. Lumayan lempoh juga, bro haha. Oh ya, ada Fajar Gemilang juga waktu itu. 
Sampai di Elisabeth dan melihat dari luar ruangan Maria 404, Willy sedang berbaring di sofa memegang handphone dengan muka datar dan sendirian.
Tidak ada orang lain yang menemani. 
Ketika membuka pintu kamar, dia malah tersenyum, hahaha. Dasar, temannya siapa. Saya langsung menagih ada berita penting apa. Kasarnya, sebenarnya dia ingin ditemani di rumah sakit. Saya pikir dia tidak akan ikut pergi ke Bali karena malamnya saja dia belum keluar dari rumah sakit, sudah hampir seminggu dia berada di sana. Tetapi dia berkata lain. 
"Ya kalo mungkin, aku nyusul di Solo," katanya. Masalah administrasi dan obat yang menyebabkan dia tidak keluar malam itu dari rumah sakit.
Ya sudahlah, tidak sia-sia juga. Baru setelah saya mulai kantuk, sekitar jam tujuh malam, saya kembali ke rumah. Sedangkan Wahyu dan Fajar turun ke Arteri untuk menyelesaikan masalah jaket kelas mereka. Hahaha, ada-ada saja dunia ini.
Hari itu pun ditutup dengan tidur jam sembilan malam.


Senin, 17 Desember 2012.

Dibuka dengan jam lima pagi. Di jadwal, seharusnya kumpul di sekolah sekitar jam enam pagi. Cus, mandi, dan persiapan. Berpamitan kepada ibu, berdoa, dan minta sangu haha. Jangan lupa, minta sangu. Saya diantar oleh bapak yang kemudian dia juga kan berangkat ke kantor. 
Sampai di sekolah memang sedikit telat dari jadwal, seharusnya tiba jam enam pagi, saya baru tiba sekitar jam setengah tujuh dan sudah disambut oleh kemacetan depan gerbang sekolah saya. Beberapa bus juga sudah stand by di lapangan basket SMAN 3 Semarang. Para orang tua juga sudah berada di tepi jalan untuk melihat anak-anaknya yang akan bepergian lama. Oh, sayang sekali. Kedua orang tua saya tidak seperti mereka, hehe. 
Dilanjut dengan acara apel pagi yang dipimpin oleh kepala sekolah dengan dibantu oleh subsie baris-berbaris sekolah saya. Karena objek pertama adalah pabrik teh yang berada di Karanganyar, sekitar Solo, sehingga kami diberi perintah oleh sekolah untuk menggunakan seragam hari Kamis, batik SMAN 3 Semarang. 
Arahan dari kepala sekolah dan foto bersama mengawali hari kami untuk widyawisata ke Bali hehe. Simbolis pembukaan program widyawisata dimulai dengan pemotongan tali pada gerbang tempat bus akan keluar yang dilakukan oleh kepala sekolah. Bus mulai bergantian keluar dari kampus SMAN 3 Semarang. Sedangkan bus saya, bus 3 berada di urutan belakangan. 
Oh, mengenai guru pembimbing di bus saya atau bus kelas saya, XI IA 1 adalah wali kelas saya sendiri, Ibu Siti Rusmiyati, dan guru matematika, Bapak Kamta namanya. Jaket merah kelas saya pun sudah banyak dikenakan oleh teman-teman. We used to be number one, but now we are permanent one, tulisnya di bagian belakang jaket merah itu. Sayangnya tidak semua siswa kelas XI IA 1 dapat mengikuti widyawisata ini. Pasalnya, teman saya, Muhammad Chilmi harus absen karena terkena penyakit thypus. Oh sayang sekali. Tapi ya bisa berbuat apa, ya sudahlah.
Kami pun juga membawa bekal berupa makanan kecil, kacang-kacangan, dan buah-buahan, termasuk juga aqua gelas yang diberi oleh panitia. Seperti benar-benar piknik keluarga deh hahaha. 
Tour guide kami dari Bali Tour [tour yang kami ajak kerja sama dalam widyawisata ini] bernama Mas Erik. Pria berbadan tinggi besar yang berasal dari Yogyakarta ini sedikit lucu tapi juga sedikit kaku hehe, maaf ya, mas. 
Dan, mulai juga perjalanan kami.  

Perjalanan ke objek pertama, yaitu ke daerah Karanganyar sekitar kota Solo. Pabrik teh. Kebetulan bus saya adalah bus terakhir yang tiba ke tempat pabrik itu. Saya pikir sebelumnya, kami akan berkunjung ke dataran tinggi, karena tanaman teh adalah tanaman dataran tinggi bukan? Ternyata kami berkunjung ke pabriknya yang dalam arti adalah tempat pengolahannya. Bukan tempat penanamannya. Jadi, ya seperti itu deh. Panas hehehe. Saya lupa nama pabriknya, yang jelas pabrik teh. Bagian pertama kami diberi penjelasan tentang seperti apa pabrik itu dan kemudian tentang seperti apa tanaman teh yang diproduksi tersebut. Bagian kedua adalah kami berjalan mengitari pabrik dan melihat bagaimana proses produksi tersebut. Sayangnya hanya beberapa menit dan sayangnya juga tidak boleh mengambil gambar. Terlihat banyak satpam wanita bertubuh besar di sana. Bagian ketiga adalah makan siang. Berupa nasi seperti kuah dan cincangan ayam dan pisang dan teh. Selalu pasti teh, namanya juga pabrik teh hehe. Usai makan siang, dilanjut dengan sholat. Bagian keempat adalah penutupan dan pembagian oleh-oleh yang berupa teh juga. Oh, Tuhan, hahaha. 
Siang itu, Willy benar-benar tidak omong doang. Dia memang benar menyusul ke pabrik teh tersebut. Dengan menarik sebuah koper, baju bebas, berjalan melewati teman-teman yang lain, oke sekali deh dia. 
Dengan membawa kenang-kenangan berupa teh dan kembali lagi ke bus untuk melanjutkan perjalanan.
Yang pastinya akan menjadi perjalanan baru yang lama dan menyenangkan. Semoga.
Waktu itu sekitar jam dua siang dan perjalanan dilanjutkan.

Di jalan ya sepertinya tidak ada cerita menarik. Paling ya sekitar wali kelas saya yang berbicara apa tidak tahu, atau saya dan teman lain yang menyanyi dengan suara fals, atau juga candaan dan tawaan teman, atau juga ejekan yang menggelikan haha. Memang seperti itulah. Kelas saya, kelas kami, XI IA 1.

Ketika mentari sudah tenggelam. Lebay juga ya bahasanya hehe. Intinya ketika sudah malam. Dan kami pun menyetel film Cabin in the Wood. Film thriller horror dari negeri luar ini memang lumayan apik. Ah, sudahlah, malah tidak fokus.

Di malam yang larut dan perut yang sudah lapar. Akhirnya sampai juga makan malam di Rumah Makan Gempol Asri. Waktu itu sekitar jam sepuluh malam. Akhirnya, makan juga. Usai makan, cukup untuk sholat untuk mereka, dan cuci muka+sikat gigi untuk saya hehe. Memang makanannya tidak seenak ketika berada di rumah, namanya juga tour. Hahaha. 

Lanjut perjalanan panjang lagi. Apalagi perjalanan malam. Pasti akan nikmat, pikirku. Malam, dingin, dan bus bergoyang di jalanan raya. Perfect situation haha. Tutup hari dengan tidur.


Selasa, 18 Desember 2012.

Akhirnya, sampai juga di Pelabuhan. Ujung dari Jawa Timur. Apa ya namanya, jika tidak salah sih Pelabuhan Ketapang, saya lupa. Waktu itu sekitar jam lima pagi. Cukup lama bukan perjalanan kami? Ya, lama. Bus terhenti oleh pergantian kendaraan yang akan menyeberangi Selat Bali. Berjejer-jejer dan mengantri. Saya pikir hanya sebentar, ternyata berkebalikan. Antrian itu terjadi sangat lama. Katanya sih, karena air laut pasang, sehingga armada kapal ferry yang bekerja hanya separuh dari biasanya. Gawat juga. Bisa dikatakan, kami terhenti di sana. Waktu luang itu dipakai untuk saya meminum Heineken yang dibelikan Winson Christian Anggoro di Indomaret, untuk buang air di restoran seberang pelabuhan, dan curi-curi pandang dengan orang haha. Oh ya, pagi itu juga ada surprise dari kelas XI IA 6 yang salah satu personelnya, Fawnia Azalia merayakan ulang tahunnya haha. 
Selamat ulang tahun, Della! Semoga semakin baik.
Hahaha, ya sudahlah. Bus mulai berjalan menggantikan kendaraan yang di depannya. Baru sekitar jam sembilan pagi kami bisa menaikkan bus dan kami sendiri ke kapal ferry hehe. Itu kali pertama saya menaiki kapal ferry. Menyenangkan. Memang tidak semua siswa bisa menyeberang dengan waktu yang sama. Ada yang dibagi dengan kapal ferry kloter kedua. Lama perjalanan menyeberang Selat Bali sekitar 45 menit lamanya, jika tidak salah. Cukup untuk foto-foto juga deh hehe. Baru ketika kapal itu menepi, dan puaslah saya. Akhirnya saya berada di Pulau Bali. Disambut dengan cuaca panas, tidak masalah hehe. Yang penting, Bali. 
Ketika kita akan masuk atau keluar dari kapal, pasti melewati jembatan. Nah, waktu itu, di bawah jembatan atas air tersebut banyak anak yang berenang dan minta uang. Aneh juga rasanya. Tidak cuma aneh. Prihatin juga mungkin. Entahlah. Ah, sudahlah. 
Masuk bus dan siap berangkat. Jadwal memang sudah molor dan jauh dari rundown yang sudah dibuat dan direncanakan. Apalagi waktu itu, jika tidak salah, bus dari XI IA 2 bannya bocor. Sehingga sedikit tersendat dahulu. Tidak apa, namanya juga wisata. Hehehe. 
Dari pinggir Pulau Bali, kami menuju ke rumah makan untuk sarapan pagi. Sebenarnya, tidak cocok juga dinamakan sarapan pagi, karena kami saja baru sampai di rumah makan setengah dua siang. Memang perjalanan dari pelabuhan ke rumah makan itu cukup jauh. Tapi, ya sudahlah hehe. Istirahat siang sebentar dan mandi. 
Perasaan saya waktu itu senang. Tapi juga kepanasan. Bali, Im coming.

Perjalanan selanjutnya adalah objek Bedugul. Di dalam bus, kami mendapat tour guide yang berasal dari Bali, Ketut namanya. Pria bertubuh kecil dan sudah berumur ini, dengan aksen Bali, baik sih orangnya. Perjalanan menuju Bedugul adalah sekitar satu setengah jam, katanya. Ketika di jalanan raya, kanan kiri berupa tumbuhan [seperti Tawangmangu menurut saya]. Banyak juga puranya. Pertanyaan pun banyak dilayangkan ke Bapak Ketut ini. Dia banyak menjelaskan tentang Bali, mulai dari asal nama tersebut, apa saja objek wisatanya, hingga kebiasaan apa saja di desa-desa di Bali yang sering dilakukan. Tetapi sayang, saya tidak mendengarnya dengan cermat, hehe. 
Dan sampai juga kami di Bedugul.
Kesan pertama, dingin. Sedikit gerimis waktu itu. Kami berjalan ke bawah, ditemani oleh pemandangan danau dan gunung dari kejauhan di sisi kanan. Indah. Coba deh ke sana. Banyak orang berdatangan dan mengambil gambar. Kami sampai di Bedugul jam lima sore dan bertujuan untuk makan siang. Sorry, makan siang. Hehehe. 
Pemandangan di restoran itu indah. Dapat melihat keindahan Bedugul. Memang kami ke sana hanyalah untuk mampir makan, karena waktu juga yang sedikit, karena sudah molor. 

Ah lanjut ah. Usai dari Bedugul, masuk bus lagi, dan perjalanan lagi. Ke objek selanjutnya, yaitu Joger. Pusat oleh-oleh yang berasal dari Bali ini memang terkenal. Sebelumnya saya pikir Joger adalah brand yang sama dengan yang dari Yogyakarta, jadi saya hanya menggerutu buat apa jauh-jauh ke Bali hanya untuk ke sana. Ternyata saya salah, yang berada di Yogyakarta, namanya adalah Dagadu. Hehehe, mohon maaf. Stop. Lihat saja dalam tokonya, ramai pengunjung. Wali kelas saya malahan kalap membeli oleh-oleh hahaha. Oh iya, sebelum masuk ke toko, pasti kami diberi stiker untuk ditempelkan di baju. Alasannya adalah untuk mempermudah rombongan, sehingga penjual dapat mengerti apakah orang itu romobongan atau bukan. Membingungkan ya? Lihat di bawah, ada fotonya kok supaya lebih jelas hehe. Saya tidak tertarik dengan Joger. Saya malah tertarik dengan pusat oleh-oleh Bali, seberangnya. Jika sudah niat, pasti akan keturutan. Saya memang niat ingin membeli brem Bali hehe. Ya sudahlah, terbelilah brem Bali seukuran tanggung, seharga Rp 110.000,- hehe. Karena takut ketahuan oleh guru, saya meminta dibungkusi dengan koran. Waktu itu ada Bima Priya juga bersama saya hehe. Dia malahan juga ikut membeli dan memakan durian sana. Tapi maaf, saya tidak suka durian hehe. Duriannya enak, katanya. Potongan durian seharga Rp 25.000,- itu. 

Objek berikutnya adalah, Tari Kecak. Di objek wisata budaya Sahadewa. Bentuknya adalah seni tari dan berwadah seperti theater. Sebenarnya saya takut dengan hal-hal yang berupa tari dan topeng. Tapi ya sudahlah. Waktu itu sekitar jam setengah sembilan malam. Pertunjukkan itu berlangsung kurang lebih satu jam, berceritakan Rama Shinta dan apalagi, saya lupa dan tidak mengerti hehe. Mistis. Saya ketakutan, hehe lumayan. 
Pertunjukkan selesai dan lanjut ke pusat oleh-oleh Kertalangu untuk makan malam dan mungkin ada juga yang membeli oleh-oleh juga. Rumah makannya terlihat unik, karena tidak seperti rumah makan kebanyakan. Itu berupa patung-patung, dan batu-batu. Coba bayangkan, saya kurang bisa menggambarkannya hehe.


Makan sudah, objek sudah. Sebenarnya ada satu objek yang tidak tersampaikan di hari itu. Yaitu, Tanah Lot. Tetapi dari pihak tour menjanjikan akan menggantinya di hari terakhir. Maklum, itu semua karena masalah waktu. Selalu saja, waktu. Memang, serba salah. Hehehe. 
Penutup hari itu adalah Goodway Hotel and Resort. Waktu itu sekitar jam sebelas malam.

Sebenarnya sehabis ini saya sedikit bingung dengan arti kata resort dan room. Semoga anda mengerti hehe.

Kesan pertama ketika tiba adalah, besar. Sangat besar. Mungkin ada sekitar 50-an lebih resort yang tiap resort terdapat kurang lebih empat rumah. Tiap rumah itu pun ada yang satu kamar, ada juga yang dua kamar. Sudah bisa membayangkan belum? Intinya, besar, luas. Apalgi setelah saya masuk ke kamar. Sangat lega. Besar. Seperti apartement, ada kompor, dua kamar tidur, dua kamar mandi, dan ruang tv. Yang lebih menyenangkan lagi adalah, stopkontak ada di mana-mana hehe.
Karena sudah lelah, saya tidak ke mana-mana waktu itu. Janjinya sih saya dan teman-teman akan menghabiskan waktu bersama meminum brem. Tetapi karena lelah, ya saya hanya mengantar brem milik Bima Priya tadi yang saya bawa ke resort-nya. Resort saya bernomor 19 dan berkamar di 1901 [jadi teringat lagu Phoenix - 1901 halah haha], sedangkan resort-nya bernomor 40. Jauh. Saya bersama Naufal Alfibrian dan Maulana Ihsan berjalan ke sana. Bergelap-gelapan dan cukup menakutkan. Alasannya adalah banyak cerita dari kakak kelas mengenai Goodway. Tapi, sudahlah, saya masih percaya Allah, dan tidak terjadi apa-apa, puji Tuhan hehe. 
Di kamarnya, hanya ada tiga anak. Bima Priya, Satria Willy, dan Ahmad Fariz. Mereka mengajak saya untuk tidur di sana, tetapi tidak, karena saya merasa tidak enak dengan teman sekamar saya. Masih ada Aditia Cahya, Galih Milita, Winson Christian, Anadio Vikko, dan Bagas Guntur yang menunggu di kamar haha. 
Waktu itu saya langsung minta dibukakan brem Bali itu hehe. Ketika dibuka, tuang ke dalam gelas. Terlihat air berwarna seperti anggur tersebut. Orang pertama yang meminum adalah saya. Dan...glekh. Hahaha. Saya mati. Tentu tidak. Hahaha. Rasanya seperti anggur perjamuan Gereja. Mirip sekali. Syukur deh.
Ya sudah, sebelum tidur saya sempat mampir ke kamar Bima Rindarto dan Yudantoko. Mengajak mereka ke kamar Bima Priya sebentar. Dan saya kembali ke kamar saya sendiri untuk akhirnya dapat leyeh-leyeh. 
Bimbang antara mandi atau tidak. Jika mandi, rasanya pasti segar dan wangi, tetapi sedikit percuma juga karena akan mandi pagi juga. Jika tidak mandi, rasanya kecut dan pliket, tetapi tidak percuma karena akan mandi besar di pagi harinya. Ah sudahlah, diputuskan hanya mengganti kaos dan tidak mandi hehe. Sebelum tidur saya membuka brem Bali kepunyaan saya. Hadiah untuk Winson Christian. Hahaha. Seorang penggila minum belakangan ini, sudah gila dia. Dia malah tersenyum dan tertawa, tanpa mengucapkan terima kasih, memang gila, kasihani dia. Sedikit demi sedikit minuman brem tersebut malahan Winson yang menghabiskan. Memang sialan, memang gila, musnahkan saja, hahaha. Tapi saya juga lumanya minum banyak sewaktu itu, sampai akhirnya saya merasa tidak enak. Seperti bercampur lelah dan alkohol. Coba deh, pasti kamu akan tahu. 
Saya dan teman-teman sekamar baru bisa tidur jam setengah tiga pagi. Padahal harus kumpul jam tujuh pagi. Kami pun menyetel alarm jam empat pagi, entah kenapa, gila. 
Tutup hari dengan tidur.


Rabu, 19 Desember 2012.

Air Conditioner yang dingin, saya tidur di kamar bersama Bagas, Naufal, Galih, dan Cahya. Tetapi lalu pindah ke kamar sebelah karena kedinginan, tidak ada selimut, tetapi tidak mau mematikan AC hehe. Dan kami semua pun terbangun jam tujuh pagi. Gila. Setel alarm jam empat pagi, malahan bangunya jam tujuh pagi. Langsung deh, si Maulana Ihsan malahan ribut sendiri dan menyuruh orang lain mandi. Ketika dia ditanya,
[Indonesian saja ya daripada Javanese]
"Kenapa nggak kamu duluan yang mandi?" tanya Naufal.
"Aku sendiri juga malas hehe," jawab Maulana.
Memang gila. Teman gila.
Semua mandi bergantian. 
Usai mandi, pakaian oke, deodorant, parfum, dan kami siap, Bali hehe. Sarapan pagi di Goodway. Enak juga, mirip dengan fasilitas hotel pada umumnya. Cuma bedanya di kualitas pelayanan dan menu makanannya memang lebih rendah dari umumnya hehe [namanya juga ramai-ramai dan menggunakan tour dan dengan tarif murah, wajarlah, sudah sangat baik malahan]. 
Objek pertama pagi itu adalah Tanjung Benoa. Tidak cukup jauh dari hotel, sekitar 15 menit-an. Kami melewati banyak hotel dan resrot di kanan kiri jalan. Memang banyak tempat seperti itu yang kamarnya memandang ke arah sunset matahari Bali. Cocok deh untuk honeymoon. Malahan ada juga hotel yang katanya dilayani oleh wanita berbikini dan pria bercelana yang kemudian diberi kalung dan diajak untuk berdansa+minum, kata Bapak Ketut. Asik juga kali ya hotel model seperti itu untuk pria lajang hahaha. 
Ah sudahlah, ayo fokus ke Tanjung Benoa. Pantai yang memang dikhususkan untuk water sport ini memang cukup menyenangkan. Di dekatnya juga ada Pulau Penyu [dibaca dari namanya pasti tahu, pulau yang berisi banyak penyu]. Untuk menuju ke Pulau Penyu ini harus menaiki kapal dan waktu itu tarifnya Rp 50.000,- jika tidak salah. Sepertinya kami mendapat banyak discount di sana hehe asik juga. Tetapi sayang, saya tidak tertarik dengan semua water sport di sana, bahkan dengan Pulau Penyu-nya sendiri saya tidak tertarik. Mungkin karena saya malas untuk berkotoran dan berganti pakaian atau mandi di sana. 
Ketika kelas lain pada kompak untuk berangkat ke Pulau Penyu, tidak dengan kelas saya. Ketika teman sekelas pada kompak untuk banana boat, tidak dengan saya hehe. Entahlah, saya tidak tertarik. Saya malahan hanya menghabiskan waktu dengan memakan Bakso Arema di sana. Hehehe, jauh ke Bali, ujung-ujungnya ke Bakso Arema, Malang. Parah. Yang sedikit saya herankan adalah, saya memesan satu mangkok bakso seharga Rp 10.000,- dan segelas air putih dengan harga Rp 3.000,- haha. Ironis. Ya sudahlah. Salah seorang teman ada juga yang membeli arak Bali di sana seharga Rp 30.000,- sebesar botol Aqua tanggung. Memang saya tertarik, tetapi saya takut dengan produk seperti itu. Karena dia beli di "orang", bukan di "toko". Jujur saja, saya tetap lebih percaya beli di toko dan berlabel daripada di tempat seperti itu. Hehehe, malu masuk koran nanti karena korban minuman keras hehe. 
Kira-kira dua jam lamanya kami berada di Tanjung Benoa. Oh ya, ada cerita menarik lagi di sini hehe. Saya mendapati peristiwa ketika Ibu Siti Rusmiyati dan Ibu Mamiek malahan adu mulut akan suatu hal. Saya kurang tahu itu apa. Tetapi kata teman adalah, Ibu Siti Rusmiyati ingin wisata di Tanjung Benoa cepat selesai dan melanjutkan ke objek selanjutnya supaya tidak gagal seperti hari sebelumnya, sedangkan Ibu Mamiek ingin bersantai untuk menunggu anak-anak lain yang sedang bermain. Sebenarnya tidak ada yang salah juga, cuma cara mereka yang salah, mungkin kesalahpahaman hehe. Andai saja peristiwa itu saya rekam, seru deh hehehe.


Yuk next ke perjalanan berikutnya. Ke objek Garuda Wisnu Kencana. Objek wisata berupa batu/patung besar yang indah. Saya kurang tahu apa arti dari batu/patung tersebut. Coba kamu search di google ya hehe. Ada sedikit hal yang sebenarnya ingin saya ceritakan, tapi tidak jadi deh, daripada nantinya malah tambah ribut hehe. 
Bangunan di Garuda Wisnu Kencana cukup membuat kami yang ke sana menjadi takjub. Bongkahan batu besar, dan patung besar. Keren. Ada yang bertanya,
"Ini dibikin dengan bagaimana ya?"
Mana saya tahu, hehe. 
Cuaca panas, dan kelaparan. Kami diberi waktu 45 menit di sana. Kembali lagi ke bus dan mendapat makan siang berupa box. Seperti di adat Jawa, bancaan, makanan berupa kotak putih yang biasanya berisi nasi, lauk, sayur, kerupuk, dan minuman mineral gelas hehe. Syukur deh.


Memang hanya sebentar dan melanjutkan ke objek selanjutnya. Dreamland. Pantai indah kepunyaan keluarga Soeharto. Gila. Ada orang yang mempunyai pantai. Saya pikir, gila. Hahaha. Coba saja saya esok, punya sebuah pantai, pasti saya jadi gila. Kira-kira jam tiga siang kami tiba di Dreamland. Pantai ini berbeda dengan Tanjung Benoa. Karena di sini, lebih dipusatkan ke keindahan. Tidak seperti Tanjung Benoa yang berupa water sport. Cuaca sangat panas waktu itu. Benar-benar panas. Seperti mau meledak rasanya. Tidak, itu lebay. Hehehe. Hanya berdurasi setengah jam kami di sana. Itu memang sudah menjadi kesepakatan karena kami lebih memilih menghabiskan waktu lebih lama di objek selanjutnya, Kuta. 
Cuaca panas, tetapi bus tak kunjung datang. Di Dreamland, parkiran bus memang jauh dan menanjak, sehingga tidak ada waktu banyak untuk mengangkut dan menurunkan penumpang. Karena kelas saya lama berkumpulnya, sehingga bus-nya pun ikut lama. Ketika akhirnya datang, saya duduk bersama Anadio Vikko di kursi kedua dari belakang yang biasanya ditempati dia dan Winson Christian. Karena itu, Winson menggerutu, tetapi saya dan Anadio malahan berkata,
"Yaudah, tidak apa-apa to, Son," dibahasa-Indonesia-kan daripada Bahasa Jawa, repot nanti kamu hehe.
Saya juga langsung keceplosan mengejek Winson dengan ejekan kebiasaan,
"Yaya, Son. Kamu yang paling benar," seperti itulah kira-kira. Sejarahnya adalah Winson adalah seorang yang unik. Dia selalu berkomentar dan juga selalu membenarkan dengan apa yang dia lakukan. Karena itu saya dan Anadio sering menyimpulkan dirinya dengan ejekan seperti itu hehehe. Tetapi karena saya berkata seperti itu, malahan menjadikan malapetaka. Mungkin karena cuaca panas, atau mungkin karena Winson usai memakan sate babi, atau entahlah saya tidak tahu. Ia langsung marah dan memukul saya sebanyak tiga kali. Tidak sakit sih, tetapi saya kaget. Pukulan pertama saya pikir dia bercanda. Pukulan kedua saya melihat raut mukanya. Pukulan ketiga saya menyimpulkan dia benar-benar marah. Anadio hanya diam. Ketika Winson memalingkan mukanya, Anadio malahan tertawa, apalagi saya juga ikut tertawa. Tetapi Winson sepertinya tidak tahu apa yang kami lakukan hahaha. Duena Firsta yang melihat dari belakang, bertanya dengan apa yang terjadi, tapi saya abaikan. Jika diingat-ingat, lucu juga hehe. Maaf ya, Winson. Hehehehe.

Sudahlah, ke objek berikutnya saja, daripada menimbulkan malapetaka lagi. Kuta, Bali. Objek yang benar-benar ditunggu. Perjalanan dari Dreamland sekitar satu jam. Di tengah jalan saya menghabiskan waktu dengan berdiskusi [kali] dengan Duena haha, dan tiba-tiba Winson mengajak saya bicara. Syukur deh, dia tidak marah terlalu lama hehe. 
Jalanan sedikit macet, dan akhirnya bus pun diparkirkan. Saya bingung, "Mana pantainya?" dalam hati. Ternyata bus memang tidak diperbolehkan menuju ke Pantai Kuta karena jalan sempit. Sehingga harus menggunakan angkutan umum beroda empat. 
Ada cerita lagi di sini.
Waktu turun dari bus dan berjalan menuju angkutan umum yang sudah di-booking pihak tour. Teman saya yang bernama Bagas Guntur bertanya ke wali kelas saya, Ibu Siti Rusmiyati.
"Ini kita jadi ke Joger atau tidak, Bu?" tanyanya. Sebenarnya, Bagas hanya bertanya dan memastikan. Bukan karena dia benar-benar ingin ke Joger lagi. Tetapi sayangnya, wali kelas saya salah menafsirkan. Dia berpikir bahwa Bagas benar-benar ingin ke Joger. Ibu Siti Rusmiyati sempat bertanya kepada saya, bagaimana jika tidak jadi ke Kuta, dan diganti dengan ke Joger.
Sedikit heran, kecewa, dan kesal dengan pemikiran wali kelas saya yang unik itu haha. Apakah iya harus benar-benar diganti? Karena saya malas menjawab, saya langsung bilang ke Ibu Siti Rusmiyati, "Ya coba nanti tanya ke tour atau ketua kelas ya, Bu," hehe. Ketika sampai di angkutan umum, dan benar. Ibu Siti Rusmiyati bertanya ke Mas Erik, tetapi untungnya Mas Erik langsung menolak dan berkata ke sopir angkutan itu untuk segera berjalan. Syukur deh hehehe. 
Stop, tidak cuma itu. Di jalan menuju Kuta menggunakan angkutan umum itu, wali kelas saya itu masih menggerutu. Saya duduk di tengah [dekat dengan sopir], sedangkan Ibu Siti Rusmiyati di depan bersama sopir dan Puguh Pramudito. Sehingga saya bisa mendengar apa yang dibicarakannya dengan Puguh maupun dengan sopirnya. Dia bilang jika dia merasa tidak enak ke Bagas karena ketika di Joger, dia meminta Bagas untuk menemaninya memilih oleh-oleh. Jalanan macet. Sial. Di jalan kami melewati berbagai toko di samping kanan-kiri. Gila, men, akhirnya saya ke Bali. Saya berharap sedang ada shooting Film Televisi [FTV] di sana haha. Yang paling saya ingat, saya melewati Jalan yang bernama Legian. Intinya, macet deh perjalanannya. Sampai pada akhirnya, tibalah kami di pinggir Pantai Kuta. Tetapi karena memang sudah aturannya, angkutan tidak bisa menurunkan penumpang di sembarang tempat. Ada tempat tersendiri di mana angkutan menurunkan penumpangnya. Padahal Pantai Kuta sudah terlihat, tetapi memang harus berhenti di tempat yang ditentukan. Itu juga menjadi hal yang membuat Ibu Siti Rusmiyati yang lagi badmood ini marah. Dia heran mengapa tidak berhenti saja sehingga tidak harus berjalan terlalu jauh dan akhirnya pun menggerutu ke Bapak Ketut yang ketika itu bersama kami di angkutan yang sama dan juga menggerutu ke sopir angkutan umum. Ketika itu, sopirnya sampai berkata, "Maaf, Ibu. Jika mau complaint, jangan ke saya, aturan dari Bali memang seperti ini." Hahaha, geli juga melihatnya. Ketika sudah tiba di parkiran angkutan umum, saya malas melihat mereka dan langsung saja ke Pantainya. Saya menyimpulkan, sebenarnya Ibu Siti Rusmiyati adalah orang yang baik, benar-benar baik, hanya salah saja di cara penyampaian dan penafsiran, sayang sekali haha. Dan sebenarnya yang saya takutkan adalah, dengan sifat wali kelas saya yang seperti itu, dapat menimbulkan kesalahpahaman dengan orang lain dan dapat menciptakan keributan. Oh iya, di angkutan tersebut, tidak semua siswa bersama, karena jumlah kapasitas angkutan yang hanya setengah dari jumlah siswa kelas XI IA 1, sehingga ada dua angkutan. Tetapi sayangnya, waktu tibanya yang berbeda. Dan sayangnya lagi, tempat parkiran angkutannya yang juga berbeda. Akibatnya, saya tidak melihat anak SMAN 3 lain yang berada di pinggir Pantai Kuta. Untung saja waktu itu ada Winson Christian, Naufal Alfibrian, Aditia Cahya, Galih Militia dan siapa lagi saya lupa yang menemani. Ketika itu, tiba-tiba Anadio menelepon saya dan menanyakan keberadaan saya. Kasihan dia karena dia hanya sendirian haha. Sedangkan barengannya yaitu Maulana Ihsan dan Dian Dzaki sedang ada urusan untuk foto bersama teman pengurus OSIS-nya.   Dan malahan bertemu Achdan Danny, Kukuh Widanarko, dan Yudantoko yang hendak mengunjungi markas Superman Is Dead di pinggiran Kuta, asik sekali mereka. Ini dia biang keroknya hehe. Karena sibuk menelepon dan mencari untuk janjian bersama Anadio Vikko, sampai-sampai kami tidak menikmati waktu lama di pantai. Menelepon berulang-ulang di mana dia berada. Janjian bertemu di Hard Rock, tidak ketemu, janjian bertemu di Mcdonalds, juga tidak ketemu. Saya juga tidak tahu waktu itu mana arah utara dan mana arah selatan haha, bodoh. Sampai pada akhirnya, Tuhan memberi kami kesempatan untuk bertemu ketika kami sama-sama berjalan berlawanan arah, puji Tuhan. Langsung, yuk ke pantai. Karena waktu yang tinggal tersisa dua puluh menit. Ya sudah, lebih baik menepi di pinggir pantai dan menikmati tiga botol beer Bintang sambil duduk menatapi indahnya Kuta dan lingkungan sekitarnya hehe. Waktu itu cuma ada saya, Winson, Naufal, dan Anadio. Sedangkan yang lain, entahlah. Kami saja sampai tidak melihat anak SMAN 3 yang lainnya. Duduk beberapa saat dan matilah. Dari kejauhan ada Maulana Ihsan yang berjalan ke arah kami dan saya membatin, dia pasti akan tertawa. Benarlah, dai berjalan sambil tertawa, hahaha dasar gila. Rupanya, pengurus OSIS sehabis berfoto bersama di Hard Rock. Waktu semakin habis, saya sempatkan untuk merasakan air Pantai Kuta hahaha, dan kembalilah kami ke parkiran angkutan tadi, Parkiran Anggek, namanya. Yang disayangkan adalah, saya tidak sempat melihat sunset. Ya sudahlah. Ketika langit mulai gelap dan berada di Parkiran Anggrek. Ternyata sudah banyak anak lain dan guru yang menunggu. Tetapi angkutan umumnya tidak kunjung datang. Ditunggu sepuluh menit, tidak ada, dua puluh menit, tidak ada, sampai akhirnya setengah jam. Itu saja ada angkutan yang kebetulan sedang kosong, syukur sekali deh. Jumlah orang yang diangkut pun melebihi kapasitas, dari yang sebelumnya ketika berangkat adalah 14-an anak, ini malahan ada sekitar 22-an anak, saya lupa hahaha. 
Kami menuju ke pusat oleh-oleh Krisna untuk makan malam. Waktu itu jam delapan malam. Saya rasa pusat oleh-oleh ini cukup terkenal. Sampai ibu saya saja tahu hahaha. Di situ sebenarnya saya mencari arak Bali karena sudah bertanya juga ke Bapak Ketut jika dijual di situ. Tetapi malangnya, tidak ada. Padahal niatnya sudah seperti itu. Ya sudah, saya membeli kacang-kacangan saja untuk Ibu Indah Hapsari [pembina subsie dokumentasi publikasi] awalnya haha. Sebenarnya dia titip kacang Cah Ayu. Tunggu cerita di bawah ini. 
Usai makan, mampir sebentar di coffee Bali belakang Krisna. Mungkin kami pikir rasa kopinya se-enak ketika berada di Peacock. Ternyata, tidak. Hahaha. Dasar tidak pikir panjang ya. Kembali lagi ke bus, dan muncullah ide baru. Karena tidak ada arak Bali, saya memilih untuk membeli beer biasa di mini market. Karena saya pikir di hotel paling juga tidak ada, jika misalpun ada, pasti harganya mahal. Pergilah kami ke mini market, membeli tiga botol beer bintang, satu botol beer san miguel, dan satu botol beer apa gitu saya lupa namanya hehe. Saya juga ingat, jika Puguh sudah membawa satu botol anggur merah kolesom di tasnya yang sudah dibeli kami dari dulu tapi tidak sempat diminum hahaha. Siap untuk pesta malam itu. 

Yuk, balik ke hotel Goodway.
Saya mampir sebentar ke kamar Bima Rindarto untuk mengantar titipan haha. Kemudian balik ke kamar untuk mandi malam. Kali itu saya memilih mandi, entah kenapa, yang jelas, mandi sajalah hehe. Usai mandi, mendapat kabar, orang kamar mau ke gebetannya masing-masing. Sial. Hahaha. Ya sudah, saya sih memilih main ke kamar seberang aja, kamarnya Della Braemina, Duena Firsta, Lyra, Mayantya, Dibamoi, dan Halida. Tetapi tidak lama juga banyak yang menyusul. Sampai akhirnya ada juga Dian Dzaki, Puguh Pramudito, dan teman sekamar saya semua di kamar 1902 itu. Karena sama-sama kelaparan, kami tetap cinta pada makanan ini, Mcdonalds. Gunakan sistem delivery service dan pesanan paket panas masih menjadi andalan saya. Palingan yang kami lakukan di sana hanya mengobrol, sayang, Maya dan Halida sudah tertidur. Sampai pada akhirnya, Mcdonalds datang, kami makan, dan balik ke kamar saya bersama juga Dian Dzaki dan Puguh Pramudito. Melanjutkan untuk pesta malam itu. Menghabiskan beer semua haha. Saya mencoba anggur kolesom yang dibawa Puguh. Dan rasanya ternyata, tidak enak. Seperti rasa obat, ketika dilihat label di belakangnya, ada tulisan seperti tulisan dosis obat, "Dewasa, 3x sehari." Sial hahaha. Saya tidak berani dengan itu, tetapi teman yang lain tetap menghabiskannya, gila. Sampai pada akhirnya beer itu semua habis. Total mungkin ada delapan botol minuman beralkohol yang telah kami habiskan selama dua malam di Bali dihitunh dengan brem Bali semalam. 
"Dasar penyamun," kata Maulana Ihsan.
Hanya saja saya memang tidak memotret botol-botol tersebut. Daripada nantinya dikira sok gaya dan apa dan malahan timbul apa, ya sudah tidak usah haha. 
Waktu itu sekitar jam satu malam mungkin, saya lupa. Sampai setelah semua habis, Dian Dzaki dan Puguh Pramudito balik ke kamarnya, sedangkan kami lanjut untuk tidur.
Penutup hari itu.


Kamis, 20 Desember 2012.

Hari terakhir di Bali. Hahaha.
Mandi dan sarapan pagi. Disambut dengan cuaca gerimis. Malas juga jika seperti itu. Rasanya malas juga jika akan balik ke Semarang, dan balik lagi ke rutinitas. Tapi mau bagaimana lagi, ya sudahlah haha. 
Usai sarapan pagi, masih ada dua objek yang akan dikunjungi. Pertama adalah, pusat oleh-oleh yang terkenal Cah Ayu. Cukup lama juga perjalanannya, saya lupa. Sampai di sini saya baru ingat. Ternyata ada yang namanya Kacang Cah Ayu. Kacang titipan dari Ibu Indah. Seperti cerita di atas. Ya sudah, lalu saya pikir, kacang yang saya beli di Krisna, saya beri untuk orang rumah saja, dan saya membeli kacang Cah Ayu untuk Ibu Indah, hehehe. Harganya hampir sama dengan yang dijual di Krisna. Setelah saya belanja di sana, kembali ke bus. Saya tunggu mengapa kok tidak segera mesin bus dinyalakan dan segera berangkat. Ternyata ada acara di sebelah pusat oleh-oleh itu. Ceramah dari pendiri pusat oleh-oleh Cah Ayu, Bapak Robani. Ya seperti biasa, seperti seminar wirausaha. Menceritakan tentang bagaimana usaha dia dulu, yang katanya dengan modal Rp 27.000,- ; dan yang katanya dulu sempat jadi pembantu rumah tangga dan penjaga kamar mayat rumah sakit, dan segala usaha lainnya, entahlah. Memberi saran tentang bagaimana berbisnis usia muda, dan candaan ya yang seperti itu, entahlah. Dan memberi selembar kertas tentang sejarah berdirinya usaha kacang tersebut dan bagaimana cara membuat kacang. Atau juga pemberian kacang gratis dan piagam dari kacang cahayu. Entahlah. Intinya sih, saya kurang suka dengan hal itu. Tidak tahu apakah saya memang tidak suka dengan kewirausahaan, atau tidak tahu apakah saya tidak suka dengan cara dia berbicara, entahlah. Sayang sekali juga, waktu itu, sepertinya tidak semua siswa tahu tentang acara tersebut. Saya juga sendiri tahu karena bertanya, bukan karena diberitahu. Aneh juga. Hahaha, ya sudahlah. 

Lanjut saja yuk ke objek selanjutnya. Objek terakhir, yaitu Tanah Lot. Objek yang seharusnya berada di hari pertama di Bali, tetapi karena masalah waktu, jadinya diundur.
Pantai yang terkenal, dan juga yang dikenal karena puranya, atau mungkin juga karena ularnya [kata bapak, saya sendiri sebelumnya tidak tahu hehe]. Di salah satu pusat oleh-oleh di Tanah Lot, kami diberi makan siang. Baru kemudian ke pantainya. Jalanannya cukup jauh, ah ya tidak sih, lumayan deh. Ditemani toko di kanan-kiri. Seperti toko oleh-oleh dan toko-toko surf. Seperti itulah kira-kira. Waktu itu saya, Satria Willy, dan Ahmad Firdhaus sudah janjian ingin berfoto bersama subsie kebanggaan kami yang sekarang sudah dibubarkan oleh pihak sekolah, School Security Club [SSC]. Subsie paling keren, paling menyenangkan, tapi juga paling menyengsarakan, tapi secara keseluruhan, mengangenkan, tetapi harus bubas akan suatu hal haha. Sudahlah, bukan saatnya membahas subsie ini, kapan-kapan saja. Untungnya, kesempatan itu dapat terlaksana. 
Oh iya, karena waktu itu air laut sedang pasang. Sehingga kami tidak dapat mengunjungi puranya. Itu katanya, saya tidak tahu haha. 
Di Tanah Lot mungkin hanya sebentar, baru usai berfoto bersama, saya langsung diajak Mas Erik untuk kembali ke bus. Ya sudahlah.
Oh iya, waktu itu, kami juga berpamitan dengan Bapak Ketut, tour leader dari Bali.
Selamat jalan, semoga bertemu di lain waktu hehehe. Terima kasih.

Ketika di jalan, Willy mampir ke sebuah toko untuk membuat gelang bertuliskan dirinya dan pacarnya.  


Yuk kembali ke bus, dan mengucapkan selamat tinggal untuk Bali. Waktu itu jam tiga siang. Perjalanan jauh lagi. Akan lelah lagi di bus hahaha. Cuaca waktu itu itu tidak begitu panas, untungnya.
Seingat saya, di jalan, banyak yang tertidur. Mungkin karena kelelahan. 
Baru kami sampai di pelabuhan sekitar sore menjelang maghrib. Saya lupa tepatnya hehe. Waktu itu cuaca sedikit gerimis dan dingin. Anak-anak bus pada lapar. Sehingga mereka pada turun dan makan bakso di sana. Bakso murah semangkok seharga Rp 5.000,- cukup untuk mengganjal perut hehe. Baru kembali lagi ke bus dan menunggu antrian lagi.
Menunggu.
MENUNGGU.
Sangat lama.
LAMA.
Hahahaha.
Tapi ya mau bagaimana lagi.
Kami menunggu sekitar tiga jam hanya untuk bergantian menyeberang dengan menggunakan kapal ferry. Sampai akhirnya kami masuk ke kapal tersebut. Sudah lusuh semua sepertinya. 
Ternyata.
Tidak.
TIDAK.
Kami salah perkiraan haha. Kapal itu tidak kunjung menepi. Malahan ketika kami sudah berpisah, kapal tadi tidak juga menepi. Ya sudah, karena sudah berpisah, ya kami tidak duduk bersama lagi hehe. Sampai menunggu lama. Muka sudah lusuh dan kesal semua. Kloter ini memang sedikit lebih lama. Sedangkan kloter kapal sebelumnya sudah mendarat dan malahan sudah makan malam. Malang sekali. Kira-kira hampir tiga jam kami berlayar yang seharusnya cukup hanya 45 menit. Maaf sebelumnya, estimasi waktu ini tidak valid hehe. Kami baru sampai di Pelabuhan di Jawa Timur sekitar jam dua belas malam. Lama sekali. 
Dengan berjalan menuju bus, kaki pegal, muka lusuh. Melanjutkan perjalanan jauh lagi. Jadwal makan malam benar-benar molor. Ketika baru berjalan sebentar, ternyata terkena macet juga. Wah, gila. Tinggal tidur saja haha. Sampai baru sekitar jam setengah dua pagi kami berhenti untuk makan malam. Very late dinner, right? Hahaha. Saya sampai tidak nafsu makan waktu itu karena kantuk. Makan hanya sebentar, balik bus, dan tidur lagi. Oh iya, malam itu juga dapat kabar, karena jadwal yang molor, sehingga melebihi perkiraan, jika nanti ada waktu untuk makan pagi ataupun makan siang, dilakukan dengan bayar sendiri-sendiri. Di luar tanggungan tour. Sedih juga sih melihatnya. Pasti banyak yang kecewa, dan benar. Tetapi ya apadaya, itu di luar kuasa kita, cuma Allah yang bisa haha. Ya sudahlah. Ah pusing, saya tidur.


Jumat, 21 Desember 2012.

Saya pikir hari itu akan menjadi hari paling membosankan. Hanya ada perjalanan, jalanan raya, dan kanan-kiri berupa bangunan. Hahaha, ya sudahlah. Sampai pada kami sepakat untuk tetap makan pagi di Rumah Makan Gempol Asri seperti waktu berangkat. Untungnya, sisa makanan kecil masih banyak, buah-buahan juga, dan uang kas masih cukup untuk membayar. Sehingga kami siswa-siswi kelas XI IA 1 tidak perlu mengeluarkan uang lagi. Dan yang paling jelas adalah, semua ikut makan. Hahaha. Dari membayar uang kas, dibawa ke Bali, dan membeli makanan kecil ataupun buah, itu semua adalah saran dari Ibu Rusmiyati. Saya akui, dia memang almighty. Hahaha. 
Di sarapan pagi itu, ternyata kami juga bertemu dengan kelas lain di kloter yang sama. Senang juga bertemu kelas XI IA 6 lagi hehehe. Sedikit lebay ya? Ya sudahlah. 
Saya memutuskan untuk tidak mandi, tidak juga cuci muka. Biarkan saja hehe. Benar-benar sudah malas dan tidak mood. 
Sampai perjalanan lagi dilanjutkan.
Di jalan mungkin hanya diisi dengan tidur, atau ada juga yang melihat film. Tetapi saya pikir lebih banyak yang tidur, karena saya demikian hehe. Jadi, saya tidak tahu. 

Tidak ada kejadian menarik.

Sampai bertemu di makan siang. Di Rumah Makan Wahyu Utama. Herannya, kami bertemu kelas lain lagi. Heran heran. Mengapa juga selalu bersama? Entahlah haha. Malahan saya juga harusnya senang.
Makan siang itu pun juga dibiayai oleh kas kelas. Di sana, Galih membeli air legen. Benar tidak ya seperti itu tulisannya, yang jelas airnya enak. Manis-manis-kecut. Enak deh. Hahaha. Sedangkan teman lain, malahan ada yang beli cilok. Dasar penyamun kali ya hahaha.
Balik lagi ke bus. Lanjut perjalanan lagi.
Hari ini mungkin diisi hanya dengan kisah tentang perjalanan. Malahan sampai ibadah sholat Jumat di-skip.
Mungkin saja di perjalan ini yang saya suka adalah saya mendapat referensi lagu baru dari Galih, yaitu lagunya The Killers - Human hehe. Coba deh dengerin. Sampai-sampai saya browsing lyric lagunya hehe.
Ya sudah.
Sampai pada akhirnya suatau malam, baru ada topik menarik dalam bus yang akan saya ceritakan hehe.
Di mana kami para lelaki, berbicara mengenai sebuah status dan komitmen.
Hahahaha.
Awalnya sih ada yang setuju bahwa status itu tidak penting, komitmen yang lebih berguna.
Ada juga yang setuju bahwa status itu penting, komitmen juga penting.
Saya sih setuju yang kedua.

Status itu penting, komitmen itu juga penting.
Menurut saya, banyak orang berkata jika komitmen lebih penting, itu salah.
Karena jika cuma komitmen, lebih mudah dilanggar.
Sedangkan jika ada status dan komitmen. Orang akan memikir panjang jika dia melanggar komitmennya akan karena statusnya. Membingungkan tidak?
Jadi, jika sudah ada status, maka orang akan lebih memikirkan tanggung jawab dan resiko jika komitmen dilanggar. Kasarannya, sebuah status adalah pencegah penyalahgunaan komitmen. Hahaha. 
Got it?

Ya sudahlah, mengapa juga dibahas.
Dasar bodoh. Hahaha.
Baru kami bisa bernafas lega ketika sudah malam. Karena semakin dekat dengan kota Semarang.
Semua sudah terbangun, dan sudah mulai ribut.
Juga sudah banyak yang senyum-senyum. Welcome, world. Hahaha.
Sampai pada akhirnya jam delapan malam, kami bus dari XI IA 1 yang juga rombongan terakhir, tiba di kampus SMAN 3 Semarang.
Puji Tuhan.
Begitu turun dari bus, mengusung barang-barang. Saya malahan kebelet untuk buang air. Ya sudahlah, terjadi.
Kemudian saya tersadar, saya bingung, mau pulang ke rumah naik apa.
Pasalnya karena, waktu itu sedikit hujan, dan tidak ada sederet taksi yang biasanya berada di depan sekolah. Orang tua saya juga tidak ada yang bisa menjemput. Maulana Ihsan yang [katanya] mau bareng pulang naik taksi juga sudah pulang, sebenarnya salah saya juga sih karena lupa bilang. Jadi kerasa menyesal juga menghiraukan saran dari Galih Militia yang hendak memesan taksi ketika sedang di perjalanan meskipun akhirnya dia tidak memesan. 
Sedikit hujan.
Bersama dengan Ibu Siti Rusmiyati yang sedang mencari taksi juga, dan Aditia Cahya yang sedang menunggu jemputan dari orang tuanya. Ketika saya berjalan ke luar sekolah dan mencari taksi atau juga menelepon armada taksi, tidak berhasil semua. Hendak nebeng Cahya, meskipun sudah ditawarkan, saya tetap gengsi hehe, maklum, sifat asli saya. 
Sampai pada akhirnya saya disarankan Maulana Ihsan melalui chat Blackberry Messenger untuk mencari taksi di daerah depan Novotel. Dan berpamitan ke Ibu Siti Rusmiyati dengan alasan sudah dijemput orang tua di Paragon, ehh ternyata dia malahan menitip dicarikan taksi. Sial juga haha. Ya sudah, yang penting saya iya-kan dulu supaya lekas pergi darinya.
Saya berjalan ke arah Novotel depan Paragon dengan menarik koper dan membawa ransel serta mententeng tas kamera. What a tourist kali ya haha.
Ketika berjalan, berpapasan dengan Kirana yang ternyata juga mencari taksi dan berkata jika semua taksi kosong.
Sial lagi.
Sudah sampai Semarang, ingin istirahat, malah tidak bisa balik ke rumah.
Sempat terpikir di otak saya untuk hendak check in di Hotel Amaris dan memberi ucapan selamat tinggal untuk dunia. Tapi itu ide gila hahaha.
Tiba-tiba, Maulana Ihsan menghubungi saya dengan chat, daripada belum mendapat taksi untuk diajak makan malam dulu. Hahaha. Syukur deh, ada sopir dadakan sekalian aja sehabis makan diajak mencari taksi. Dia datang dengan mengendarai mobil hitamnya, sambil tertawa melihat saya yang sedang di pinggir jalan. Sial hahaha. Makan malam di sebelah SMAN 3 Semarang, Bakmie Djowo Doel Noemani. Saya lalu teringat pesan dari Ibu Siti Rusmiyati jika ingin dicarikan taksi, sebenarnya saya tadi sudah bilang, "Ya kalo ada ya, Bu," hehehe. Saya pun sms ke dia jika taksinya kosong. Tetapi malah tidak delivered. Bakal masalah lagi ngaaah hahaha. Gila, masa bodoh.
Usai makan dan mencari taksi. Awalnya saya ingin supaya Maulana Ihsan saja yang mengantar saya ke rumah, ternyata dia hendak menjemput ibu dan adiknya di bandara jam sepuluh malam. Ya sudahlah. Untungnya saya nge-chat si Aditia Cahya dan dia berkata jika Ibu Siti Rusmiyati sudah mendapat taksi. Alhamdullilah. Gantian saya nih yang cemas belum dapat taksi untuk pulang. Sampai akhirnya, dari kejauhan terlihatlah taksi di depan Hotel Ciputra. Saya tanyakan dulu, bisa atau tidak, ternyata bisa, tetapi dia bilang jika Jatingaleh macet sehingga lebih baik lewat jalan tol, karena sudah pasrah dan lelah juga, saya iya-kan. Entah itu berbohong atau saya mau dibawa ke mana haha. Ya sudahlah.
Untungnya tidak, saya selamat sampai di rumah. Berjumpa dengan ibu saya, sedangkan bapak sedang di luar rumah.

Terima kasih Tuhan. Hehehehe.
Sudah dulu ya, sudah dini hari juga ini.
Semoga tidak bingung dengan cerita ini.

Nb: hanya ingin berbagi pesan ya hehe.
Yang saya dapat dari bepergian atau piknik atau widyawisata ke Bali kemarin adalah:
1. Kompaklah dengan teman.
2. Jangan selalu jadi pro, jangan juga selalu jadi kontra hehe.
3. Saling terbuka sajalah.
4. Jangan sampai kamu terlihat hebat padahal kamu tidak melakukan apa-apa, itu payah, men.

Tapi ya kembali saja bahwa kesempurnaan milik Allah, jadi ya abaikan sajalah ya. Hehehe.

Comments

Popular posts from this blog

Retreat di Angela Patrick, Bandungan

Halo selamat berkarya! Sudah hampir sebulan tidak  update tulisan di blog ini. Saya akan berbagi cerita mulai dari Retreat yang telah saya jalankan bersama rekan-rekan SMAN 3 Semarang. Jumat, 9 Desember 2011 - Minggu, 11 Desember 2011 Pukul 14.30 seusai pulang sekolah hari Jumat - pukul 14.30 hari Minggu di Bandungan Acara tahunan dari DOC (salah satu subsie di SMAN 3 Semarang) adalah mengadakan retreat di luar lokasi sekolah kami. Biasanya acara tersebut diadakan di Bandungan. Pada tahun 2011 ini dan bersaman dengan pengalaman pertama saya mengikuti retreat bersama SMAN 3 Semarang, diadakan di Rumah Retreat Angela Patrick, Bandungan. Tepatnya berada di belakang Pasar Bandungan. Beginilah ceritanya... Kebetulan pada hari tersebut tidak diadakannya kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga kami dapat pulang lebih awal dari biasanya. Awalnya saya dan Puguh teman saya belum tahu bila warga sekolah sudah diperbolehkan pulang, sehingga kami izin pada guru Bimbingan Konseling te

My Second Assignment

ANDIKA JATI NUGROHO 140608050 Peter Lind, Flavor Development Specialist Ben & Jerry’s Ice Cream, Waterbury, Vermont Hello. See me again. My name is Andika Jati Nugroho. I’m from G class. I got my second assignment from my teacher, Mrs. Bening. This unit is about “The Most Wanted Jobs in The World”. Luckily, we will discuss about Peter Lind, a flavor development specialist in an ice cream company. Here it is. First. I want to tell you, that I was simply shocked and I am still confused about Mrs. Bening’s system at reading activities. In Senior High School, reading is just a simple thing. We just read. Commonly, the text was fictional. But, Mrs. Bening used another way. The text was based on true story. And, we had to use other sources to find the information of text and think critically at understanding the text.   Let us start into the core. There is an ice cream company named Ben & Jerry’s Ice Cream in Vermont. It is located in North-East of United

PENSAGA 2013 Young Nationalism

Halo semua! Salam 26 Oktober 2013! Lagi-lagi Tuhan menciptakan kenangan baru di pikiran dan hati saya, lewat salah satu acara terbesar di tahun ini. Pentas seni karya SMA saya, SMAN 3 Semarang. Karena lagi tinggi sekali euforianya, sekalian ingin ditulis saja, jadi seperti straight news [katanya] hehe. Semoga saja ini menjadi kenangan saya yang dengan sedikit menarik tertulis di blogspot, hehe. Jadi seperti ini lho, ceritanya. Pensaga 2013. Ini adalah pensi terakhir saya di sekolah menengah atas. Kebetulan juga, saya menjadi panitia inti di situ. Kesempatan yang menyenangkan bukan. Di tahun terakhir, saya berharap besar bisa memberi sesuatu yang tak terlupakan untuk sekolah saya itu. Nah. Awal mula panitia dibentuk dari, jaringan komunikasi via SMS. "#PENSAGA2013, Selamat! Kamu terpilih sebagai panitia inti dari pensaga2013, akan diadakan kumpul perdana pada: Hari/tgl: Sabtu, 5 Januari 2013, pukul: 8.00 am, tempat: depan perpustakaan [eh, akhirnya di