Skip to main content

Rasanya [Seperti] Bangun dari Tidur

Halo.
Sudah lama sekali saya tidak bercerita tentang sesuatu yang saya rasakan.
Itu terlihat dari beberapa entry saya sebelumnya yang terlihat tidak niat.
Saya sedang dalam kondisi mengumpulkan niat untuk menghasilkan tulisan-tulisan menarik lagi, seperti saat sekolah menengah dulu.
Lumayan, untuk mengisi waktu luang, dan melampiaskan pemikiran.

Jadi begini,
sekarang saya sedang berada di warung internet dekat indekos, sekitar jam tiga pagi.
Kebetulan, saya baru saja selesai mengerjakan beberapa tugas kuliah yang harus dikumpulkan Senin [hari ini] juga.
Maklum, beberapa waktu yang lalu saya hanya berniat mengerjakan dan mencicil, tetapi, hanya sampai sebatas niat. Saya tidak benar-benar mengerjakannya.
Malahan, dua hari belakangan ini, saya datang ke konser musik di kota saya.

Pertama, konser musik persembahan dari salah satu pabrik rokok, yang menghadirkan band Float.
Kedua, konser musik jazz yang diselenggarakan di Candi Prambanan.

Dari dua konser tersebut, saya merasa sangat puas.
Saya merasa tidak rugi karena sudah datang dan mengeluarkan biaya untuk mencapai tingkat kepuasan menonton konser musik.
Seperti yang sudah saya ketahui sebelumnya, saya tidak selalu enjoy dalam setiap konser musik yang saya datangi.
Jika dibuat parameter, empat dari total lima konser yang saya datangi, adalah berupa seru-seruan bersama teman, bukan karena keinginan saya sendiri. Toh, itu menyebabkan saya tidak begitu happy ketika berada di venue.
Namun, berbeda dengan dua konser terakhir ini. 
Saya sangat menikmatinya.

Pertama, konser band Float yang disajikan dengan konsep audiens duduk di depan panggung. Hal tersebut merupakan pengalaman unik buat saya, karena merupakan pengalaman pertama. Sensasi duduk di depan panggung [lesehan beralaskan rumput sintetis] menciptakan kesan hangat dan akrab. Terlebih lagi, konser tersebut diadakan di Lawang Sewu, rasanya seperti berada di halaman rumah kuno yang besar.
Kedua, konser musik jazz di candi. Tentu itu juga merupakan pengalaman pertama saya, melihat artis menampilkan performanya dan dilatarbelakangi oleh pemandangan candi yang bersorot lampu, menakjubkan.

Artis-artis yang ditampilkan dari kedua konser tersebut juga menyenangkan. Liriknya mudah dimengerti dan mampu dinyanyikan secara bersama-sama. Sepertinya, ini kali pertama saya merasakan nikmatnya menonton konser musik [tanpa paksaan dan kebohongan].
Rasanya...tak mampu saya ceritakan dengan kata-kata.
Saya tak merasakan lelah yang berlebihan, meskipun harus berdesakan dan berdiri di konser kedua.
Saya tak perlu merasakan bosan, ketika harus menunggu waktu dan duduk di depan panggung pada konser pertama.
Entahlah, semua terasa menyenangkan dan tak membosankan, berbeda dari biasanya.

Mimpi saya menjadi jurnalis musik kembali hadir di pikiran saya.
Wow, pasti akan menjadi hobi sekaligus pekerjaan yang menyenangkan.
Kesenangan itu terasa membangkitkan gairah saya dalam menikmati suatu hal. 
Saya harus hanyut dalam kesenangan ini secara sementara, atau selamanya...entahlah.

Selain itu, menonton konser bersama pacar, jauh lebih menyenangkan, dari segala hal.
It's kind of romantic, between many people and holding the hands. 

Comments

Popular posts from this blog

Retreat di Angela Patrick, Bandungan

Halo selamat berkarya! Sudah hampir sebulan tidak  update tulisan di blog ini. Saya akan berbagi cerita mulai dari Retreat yang telah saya jalankan bersama rekan-rekan SMAN 3 Semarang. Jumat, 9 Desember 2011 - Minggu, 11 Desember 2011 Pukul 14.30 seusai pulang sekolah hari Jumat - pukul 14.30 hari Minggu di Bandungan Acara tahunan dari DOC (salah satu subsie di SMAN 3 Semarang) adalah mengadakan retreat di luar lokasi sekolah kami. Biasanya acara tersebut diadakan di Bandungan. Pada tahun 2011 ini dan bersaman dengan pengalaman pertama saya mengikuti retreat bersama SMAN 3 Semarang, diadakan di Rumah Retreat Angela Patrick, Bandungan. Tepatnya berada di belakang Pasar Bandungan. Beginilah ceritanya... Kebetulan pada hari tersebut tidak diadakannya kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga kami dapat pulang lebih awal dari biasanya. Awalnya saya dan Puguh teman saya belum tahu bila warga sekolah sudah diperbolehkan pulang, sehingga kami izin pada guru Bimbingan Konseling te

My Second Assignment

ANDIKA JATI NUGROHO 140608050 Peter Lind, Flavor Development Specialist Ben & Jerry’s Ice Cream, Waterbury, Vermont Hello. See me again. My name is Andika Jati Nugroho. I’m from G class. I got my second assignment from my teacher, Mrs. Bening. This unit is about “The Most Wanted Jobs in The World”. Luckily, we will discuss about Peter Lind, a flavor development specialist in an ice cream company. Here it is. First. I want to tell you, that I was simply shocked and I am still confused about Mrs. Bening’s system at reading activities. In Senior High School, reading is just a simple thing. We just read. Commonly, the text was fictional. But, Mrs. Bening used another way. The text was based on true story. And, we had to use other sources to find the information of text and think critically at understanding the text.   Let us start into the core. There is an ice cream company named Ben & Jerry’s Ice Cream in Vermont. It is located in North-East of United

Perubahan Cara Berdialektika

Sebelumnya, saya sudah memiliki pandangan dan asumsi tentang hal ini. Asumsi itu timbul akibat fenomena yang terjadi pada saya dan teman-teman di lingkungan saya. Saya hampir yakin, Anda pun pasti pernah mengalami dan mendengarnya. Contoh yang paling mudah untuk dijelaskan adalah ketika saya kesulitan dalam memahami materi perkuliahan di kelas. Dari awal, dosen sudah memberikan buku bacaan atau referensi yang dapat dibaca untuk menunjang mahasiswa mendalami materi yang diberikan. Biasanya, dosen memberikan tiga contoh buku referensi. Bagi mahasiswa, mendapatkan buku-buku tersebut pun tidak sulit, karena perpustakaan kampus memang sudah memiliki buku-buku itu dan bisa dipinjam oleh mahasiswa, sudah sangat mudah.  Dulu, ketika saya masih menjadi mahasiswa baru, saya merupakan salah satu orang yang bermental ambisius. Saya membayangkan perkuliahan adalah sesuatu yang canggih, serba luar biasa. Namanya saja mahasiswa, bukan lagi siswa, melainkan mahasiswa. Jadi, mekanisme berdialektika