Skip to main content

Pria Hebat

Luar biasa.

Bicara mengenai hal ini, sepertinya sedikit berlebihan ya hehe.
Saya hanya ingin sharing suatu hal saja.
Ini tentang dua pria yang berada di lingkungan tempat saya tinggal.
Singkat kata, mereka hebat.

Sebut saja.
Yang pertama adalah penjaga parkir Jalan Pemuda.
Yang kedua adalah seorang yang tiap pagi menyiapkan jalur di daerah Jatingaleh.

Sudah ada bayangan?
Atau malah membingungkan?
Hehehe.


Pertama.
Penjaga parkir Jalan Pemuda.
Memang ada beberapa penjaga parkir di Jalan Pemuda.
Jika kalian ada yang sering mengendarai mobil dan memarkirkan mobilnya di tepi jalan Pemuda, khususnya depan SMAN 3 Semarang, pasti tahu siapa saja yang sering jadi penjaga.

Ada yang sudah berumur/orang tua, sudah ber-uban rambutnya, dan sering bawel mengenai penarikan tarif parkir. Kadang saja sampai diminta dahulu sebelum meninggalkan parkiran, kadang juga sampai mengetuk jendela mobil. Indahnya haha. Apalagi, dia tidak pernah memberi bukti karcis parkir seperti yang ada pada peraturan seharusnya.

Kadang, ada juga seorang penjaga yang berbadan besar, sedikit gendut. Saya rasa dia jarang berada di depan SMAN 3 Semarang, sepertinya dia lebih sering berada di depan SD Marsudirini.
Nah ini dia pria yang saya golongkan menjadi pria hebat versi saya hehe.

Mengapa saya berkata demikian?

Singkat kata, saat itu saya hendak pulang dari sekolah. Saya memarkirkan mobil di tepi Jalan Pemuda. Lalu saya membayar tarif yang rata-rata Rp 2.000,00 waktu itu. Saya heran tiba-tiba dia memberikan bukti karcis parkir. Lalu saya bertanya.

"Tumben, Pak. Kok pakai karcis?"

Sambil dengan nada kaget dan kesal, "Loh. Biasanya tidak pakai karcis? Dasar tukang parkir edan, tidak punya aturan," begitu katanya.

Kemudian saya hanya nyengir hehehe.

Itu scene pertama.
Lanjut ke scene selanjutnya.

Saat itu saya sedang menunggu Mutiara Helina. Saya sudah berada di dalam mobil dari parkiran belakang [Jalan Imam Bonjol] dan hendak memarkirkan mobil di tepi Jalan Pemuda. Waktu itu, ternyata tempat parkir sudah dipenuhi banyak mobil. Jadi, karena saya pikir hanya sebentar, saya memarkirkan mobil di gerbang SMAN 3 bagian satunya. Jadi begini, gerbang depan [Jalan Pemuda] sekolah saya ini terdapat dua sisi. Yang satu yang sering/selalu dibuka [karena ada pos satpam], sedangkan yang lain hanya dibuka ketika jam masuk dan pulang sekolah. Waktu itu saya memarkirkan mobil di depan gerbang kedua dari keterangan saya di atas, jadi yang hanya dibuka ketika jam masuk dan pulang sekolah. Karena saat itu sudah bukan dari waktu yang ditentukan, jadi gerbangnya tertutup. Saya berada di depannya, sehingga menutupi trotoar, dengan mesin menyala. Bingung tidak ya penjelasan saya? Hehehe.
Nah, tiba-tiba datanglah penjaga parkir hebat itu.

Awalnya dia hanya berkata santai,

"Mas, parkirnya di bawah saja [sambil menunjuk tempat parkir yang kosong di tepi jalan]."

Saya mengelak dan berkata, "Cuma sebentar kok, Pak."

Dia langsung menyambar kalimat saya dengan nada sedikit marah,

"Ini peraturan, Mas. Cepat pindah! Saya dari dinas perhubungan," katanya.

Karena itu, saya langsung memindah mobil saya.
Nah, poin yang saya ambil adalah.
Dia ternyata memang benar hanya mengingatkan saya.
Tidak meminta tarif parkir.
Terbukti dari tindakannya yang hanya mengingatkan saya dan pergi dari tempat kejadian.
Tanpa meminta tarif.
Tebalkan, tanpa meminta tarif.

Saya langsung berpikir, dia bukan hanya semata-mata mencari uang, tetapi benar-benar bekerja. Melakukan sesuatu yang benar. Tidak seperti penjaga parkir yang satunya, hehe. Hebat.

Hehehe, seperti itu ceritanya. 


Kedua.
Seorang pria bertubuh besar yang selalu menyiapkan jalur kendaraan daerah Jatingaleh tiap pagi.
Ini mungkin hanya curahan hati dan rasa penasaran saya.

Tiap pagi, saya melewati jalan Jatingaleh.
Mungkin sekitar jam 6.10. 
Dan tiap waktu itu, selalu ada seorang pria yang memindahkan tiang jalur [tahu maksudnya tidak?] sehingga menjadi jalur baru untuk kendaraan yang dari Semarang Atas menuju Semarang Bawah yang memang biasanya rawan ramai ketika pagi hari/berangkat kerja.
Awalnya, saya pikir dia hanya melakukan sekali.
Ternyata tidak.
Dua kali.
Tiga kali.
Empat kali.
Lima kali.
Berkali-kali.
Dan masih dilakukannya hingga hari ini saya menulis entry ini.

Saya penasaran, "Siapa ya sebenarnya dia?"
Sempat ada rasa ingin berhenti, mengambil gambar, dan mewawancarainya. 
Tapi tidak mungkin.
Apa iya saya harus tidak sekolah? Hahaha.
Dalam hati, ada keinginan ketika libur sekolah, untuk menggenapi keinginan saya itu.

Iseng bertanya kepada Bapak.

"Pah, tahu orang yang tiap pagi menyiapkan jalur di Jatingaleh, tidak?"

Langsung dijawab, entah sok tahu atau tidak, hehe, "Itu tukang koran, Dek."

"Kira-kira kenapa ya? Kok mau?" tanya saya.

"Ya, mungkin dibayar polisi."

Meskipun begitu, saya masih kurang yakin, hehe.
Saya penasaran, siapa dia.

Kehebatan dia mungkin kurang mengena, ya. Tapi saya pikir, dia tetap hebat.
Tiap pagi datang. Sebelum polisi bertugas.
Memindah tiang jalur.
Siapa dia?
Entahlah.

-@andikajati-

Comments

Popular posts from this blog

Retreat di Angela Patrick, Bandungan

Halo selamat berkarya! Sudah hampir sebulan tidak  update tulisan di blog ini. Saya akan berbagi cerita mulai dari Retreat yang telah saya jalankan bersama rekan-rekan SMAN 3 Semarang. Jumat, 9 Desember 2011 - Minggu, 11 Desember 2011 Pukul 14.30 seusai pulang sekolah hari Jumat - pukul 14.30 hari Minggu di Bandungan Acara tahunan dari DOC (salah satu subsie di SMAN 3 Semarang) adalah mengadakan retreat di luar lokasi sekolah kami. Biasanya acara tersebut diadakan di Bandungan. Pada tahun 2011 ini dan bersaman dengan pengalaman pertama saya mengikuti retreat bersama SMAN 3 Semarang, diadakan di Rumah Retreat Angela Patrick, Bandungan. Tepatnya berada di belakang Pasar Bandungan. Beginilah ceritanya... Kebetulan pada hari tersebut tidak diadakannya kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga kami dapat pulang lebih awal dari biasanya. Awalnya saya dan Puguh teman saya belum tahu bila warga sekolah sudah diperbolehkan pulang, sehingga kami izin pada guru Bimbingan Konseling te

My Second Assignment

ANDIKA JATI NUGROHO 140608050 Peter Lind, Flavor Development Specialist Ben & Jerry’s Ice Cream, Waterbury, Vermont Hello. See me again. My name is Andika Jati Nugroho. I’m from G class. I got my second assignment from my teacher, Mrs. Bening. This unit is about “The Most Wanted Jobs in The World”. Luckily, we will discuss about Peter Lind, a flavor development specialist in an ice cream company. Here it is. First. I want to tell you, that I was simply shocked and I am still confused about Mrs. Bening’s system at reading activities. In Senior High School, reading is just a simple thing. We just read. Commonly, the text was fictional. But, Mrs. Bening used another way. The text was based on true story. And, we had to use other sources to find the information of text and think critically at understanding the text.   Let us start into the core. There is an ice cream company named Ben & Jerry’s Ice Cream in Vermont. It is located in North-East of United

Perubahan Cara Berdialektika

Sebelumnya, saya sudah memiliki pandangan dan asumsi tentang hal ini. Asumsi itu timbul akibat fenomena yang terjadi pada saya dan teman-teman di lingkungan saya. Saya hampir yakin, Anda pun pasti pernah mengalami dan mendengarnya. Contoh yang paling mudah untuk dijelaskan adalah ketika saya kesulitan dalam memahami materi perkuliahan di kelas. Dari awal, dosen sudah memberikan buku bacaan atau referensi yang dapat dibaca untuk menunjang mahasiswa mendalami materi yang diberikan. Biasanya, dosen memberikan tiga contoh buku referensi. Bagi mahasiswa, mendapatkan buku-buku tersebut pun tidak sulit, karena perpustakaan kampus memang sudah memiliki buku-buku itu dan bisa dipinjam oleh mahasiswa, sudah sangat mudah.  Dulu, ketika saya masih menjadi mahasiswa baru, saya merupakan salah satu orang yang bermental ambisius. Saya membayangkan perkuliahan adalah sesuatu yang canggih, serba luar biasa. Namanya saja mahasiswa, bukan lagi siswa, melainkan mahasiswa. Jadi, mekanisme berdialektika