Skip to main content

PENSAGA 2013 Young Nationalism

Halo semua!


Salam 26 Oktober 2013!
Lagi-lagi Tuhan menciptakan kenangan baru di pikiran dan hati saya, lewat salah satu acara terbesar di tahun ini.
Pentas seni karya SMA saya, SMAN 3 Semarang.

Karena lagi tinggi sekali euforianya, sekalian ingin ditulis saja, jadi seperti straight news [katanya] hehe.
Semoga saja ini menjadi kenangan saya yang dengan sedikit menarik tertulis di blogspot, hehe.

Jadi seperti ini lho, ceritanya.
Pensaga 2013. Ini adalah pensi terakhir saya di sekolah menengah atas. Kebetulan juga, saya menjadi panitia inti di situ. Kesempatan yang menyenangkan bukan. Di tahun terakhir, saya berharap besar bisa memberi sesuatu yang tak terlupakan untuk sekolah saya itu.

Nah.
Awal mula panitia dibentuk dari, jaringan komunikasi via SMS.

"#PENSAGA2013, Selamat! Kamu terpilih sebagai panitia inti dari pensaga2013, akan diadakan kumpul perdana pada: Hari/tgl: Sabtu, 5 Januari 2013, pukul: 8.00 am, tempat: depan perpustakaan [eh, akhirnya di sekretariat OSIS] dateng on time ya! Karena kamu adalah orang-orang terpilih, nb: gausah update dimanapun kalau kamu panitia pensaga, trims. *yuwananabdhasyahbisyagata kasi 8 osis 2012/2013."
Waktu itu tertulis, 4 Januari 2013, @ 08.50 di Blackberry.

Esoknya, berkumpul juga mereka-mereka yang sudah di-sms itu. Banyak yang saya sudah kenal lama, tapi tidak sedikit juga yang masih canggung jika mengajak bicara. Memang waktu itu belum lengkap hadir semua, tetapi tetap dilanjutkan kumpul perdananya. Perkenalan ketua dan wakil ketua, hingga semuanya secara bergantian.
Waktu itu, kami sudah ditanya, apa kami bersedia menjadi panitia. Apa kami bersungguh-sungguh. Apa kami ikhlas. Karena, jika rasa itu tidak ada di hati kami masing-masing, kami dipersilakan untuk menolak menjadi bagian dari panitia.
Dari situ juga, diadakannya rapat rutin.

Dari yang awalnya hanya seminggu sekali, menjadi seminggu dua kali, kemudian seminggu tiga kali, hingga menjadi setiap hari.

Oh iya, dari yang namanya sebuah acara, pasti ada kepanitiaannya, dari situ pasti awalnya harus saling mengenal. Ternyata proses itu tidak bisa dianggap sepele. Menurut saya. Sulit juga, lho, hehe. Sampai-sampai saja ada yang ingin keluar dari kepanitiaan, tetapi tidak jadi, ada yang lain ingin keluar karena alasan keluarga, tiba-tiba diperbolehkan. Yang awalnya saling diam, hingga akhirnya saling candaan. Dari yang awalnya [mungkin] saling bermusuhan, harus menjadi sahabat, dari yang tertawa, hingga menangis karena berbeda argumen, haha, jika kata iklan itu seperti nano-nano. Mengapa? Karena ada asam, ada manis.

Jika dari segi rapat, tidak perlu ya untuk dijelaskan.
Karena saya bingung juga untuk menceritakannya.
Seperti rapat-rapat kebanyakan, yang intinya membahas sesuatu, dan inti lainnya adalah, dengan frekuensi pertemuan yang lebih sering, dengan sendirinya akan semakin mudah untuk mengenal dan beradaptasi.

Nah. Dalam proses itu. Yang sekiranya hampir sepuluh bulan. Pasti ada yang namanya kejenuhan. Jenuh rapat, jenuh berpikir, jenuh sesuai aturan, jenuh menjaga perasaan. Pasti ada juga yang namanya busuk, hehe. Seperti saya, bolos rapat. Terlebih juga saya, jarang sekali mengikuti jualan pakaian bersama sie dana usaha di Minggu pagi, tapi ya, maafkan, hehe.
Hingga kesulitan dana, padahal waktu sudah mepet. Semua khawatir, takut dana tidak tercukupi, takut semuanya berantakan.
Tetapi, semangat satu sama lain, pengertian satu sama lain, bahkan hingga jaringan komunikasi bertuliskan "Semangat!" membuat kami semua tetap bertahan, hehe, gaya ya.
Yang jelas. Menurut saya, di proses ini, kami benar-benar diuji. Sampai sejauh mana komitmen kami dengan janji awal kami.

Skip ke mendekati acara hari H saja ah.
Makin terasa ini suasana Pensaga.
Pertama, dimulai dari pembukaan loket penukaran invitation. Saat itu di hari Kamis, 24 Oktober 2013. Prosedur kami adalah invitation, bukan tiket yang dijual, tetapi dengan penggunaan ID card yang berlaku dan kemudian ditukar dengan invitation. Hari pertama terlihat sangat menyenangkan. Antre panjang terlihat di barisan pria maupun wanita. Berlaku juga di hari Jumat, 25 Oktober 2013, dan tentunya di hari H pelaksanaan, yaitu di hari Sabtu, 26 Oktober 2013.

Agenda menjelang hari H memang banyak. Ada doa bersama dan gladi kotor yang dilakukan semalam sebelum pelaksanaan, ada gladi bersih yang dilakukan pagi hari sebelum pelaksanaan. Ketika stage di-set, begitu juga sound system, hati saya berdetak lebih kencang, perasaan khawatir dan perasaan penasaran semakin terasa, terselip juga perasaan ingin segera membuktikan ke masyarakat umum, "Ini lho siswa-siswi SMAN 3 Semarang!"

Saya berada di sie dokumentasi, tugasnya untuk mendokumentasikan acara. Tetapi, saya juga mendapat tugas untuk mengisi dekorasi hall of fame. Tahu tentang hall of fame? Nanti ada fotonya, kok, hehe. Saya sepakat jika diisi dengan foto-foto menjelang Pensaga 2013. Total, dua belas foto terpasang. Dan ternyata, karena hall of fame yang terlihat luas sekali, dua belas foto masih terlihat sepi untuk dipandang, tapi, entahlah, sudah kejadian. 

Nah. Dari Jumat malam, atau dari gladi kotor, saya sudah berada di sekolah. Memang sudah berniat untuk menginap hingga hari pelaksanaan. Dari tidur hanya sebentar, tidur di atas stage, tidur digigit nyamuk, tidur menatap langit, tidur mengejek teman yang sedang memasang lampu [@imbothsible] haha. Menyenangkan. Kapan lagi ada masa-masa seperti itu.

Oh tentu di bagian dokumentasi, saya bersama kelima rekan saya. Yang sudah siap membantu dengan alat-alat mereka, terima kasih, teman, hehe. 

Oke, lanjut ke Open Gate.
Pertama, jelas, briefing terakhir terlebih dahulu. Perasaan benar-benar berantakan waktu itu. Takut. Khawatir. Itu jika saya. Tetapi, teriakan Young Nationalism tetap dengan nada lantang kami ucapkan.

Dibuka dari jam tiga sore. Cuaca panas. Perasaan khawatir semakin terasa, keep calm. Memang saya sie dokumentasi, tetapi saya merasa jobless, haha, entah, mengapa? Karena rekan-rekan saya jauh lebih hebat daripada saya dalam hal dokumentasi sebuah acara.

Di waktu itu, ada kejadian mengejutkan juga. Tiba-tiba datang seorang tua yang tidak bisa melihat ke gate ticketing. Dia laki-laki. Mengaku penggemar berat Seventeen, dan datang jauh-jauh dari Boja [sekitar Semarang] naik becak hanya untuk menikmati idolanya tersebut. Awalnya kami memberinya tempat duduk dan makan, tetapi di malam hari, entah hilang ke mana.

Diawali dengan band kolektif, saudara-saudara kita dari Papua [permintaan dari sekolah agar mereka bisa tampil di Pensaga 2013, salah satu bukti bahwa kita harus peduli dan mendukung mereka sehingga mereka menjadi bisa atau mau bergaul dan bersaing di lingkungan baru], band alumni, hingga bintang tamu. Sejauh itu, dari jam tiga sore hingga break acara, atau tepatnya di sholat maghrib, semua berjalan baik-baik saja. Baru ketika usai sholat maghrib, sedikit masalah muncul, kami tidak sempat mendokumentasikan kepala sekolah kami yang sedang memberi kata sambutan. Entah kami lalai, atau kami tidak dengar, atau sholat yang kurang waktu, intinya, kami tidak dapat momen itu. Sayang sekali, untungnya, soal video, masih ada yang merekam. 

Nah, setelah ini, di malam itu. Sebuah pengalaman mengesankan tercatat di pikiran dan perasaan saya.
Di sekitar jam setengah delapan malam, Abdul & The Coffee Theory berada di stage. Mereka membawakan lagu-lagu andalan, pastinya. Sedangkan saya, stand by di tengah lapangan, sendirian, haha. Padahal, rencana awal tidak seperti itu. Tapi, ya sudah, hehe, [masih bisa bertemu sebentar]. Usai mereka manggung, angin kencang, membuat saya merinding, dan hujan turun sedikit demi sedikit. Para penonton berlari meninggalkan lapangan untuk berteduh.
Dan, cuss. Kami selaku panitia tentunya bingung dan panik. Bingung: mau diapakan ini? Panik: takut acara tidak bisa berlanjut.

Ditunggu beberapa menit, hujan terus mengguyur lapangan sekolah, sehingga ada beberapa listrik yang padam. Pada akhirnya, beberapa dari panitia kami sudah ada yang menangis. Waktu itu sekitar jam setengah sepuluh malam. Saya yang dari sebelumnya mencari-cari di mana kebanyakan panitia berada, ternyata ada di depan, dekat gate ticketing dan stage. Mereka sudah berpegangan tangan dengan melingkar, sambil berdoa, dan kehujanan. Ada yang menangis, ada yang memberi semangat ke yang lain, ada yang terdiam. Wow! Suatu pemandangan yang berbeda.

Dalam hati, saya rasa acara tidak akan berlanjut. Pikiran akan merasa malu dan takut dicaci-maki sudah terlintas di pikiran saya. Di samping hujan yang terus mengguyur, dan banyak penonton yang sudah memaksa keluar dari gate sekolah. Tetapi, Tuhan berkata lain. Usai berdoa dengan melingkar, hampir semua panitia berkumpul di depan stage dan menyanyikan Mars Ganesha 3 untuk membangkitkan semangat penonton yang lain agar maju lagi ke tengah lapangan sembari bersorak supaya acara tetap berlanjut. Beberapa saat kemudian, hujan mulai sedikit reda, sound system menyala, dan Seventeen bersedia tampil! Wow! Jauh di luar perkiraan saya. Itu ajaib. Saya berani mengatakan bahwa itu sebuah anugerah Tuhan, jauh sekali dari pemikiran awal saya.

Penampilan Seventeen tidak membosankan. Response penonton juga positif, sing along bersama, seperti koor yang istimewa. Di saat itu juga, saya melihat teman-teman dari panitia menyanyi dan menangis terharu, wow. Mengharukan! Hahaha, saya jarang merasakan hal seperti itu. Jelas sekali, perjuangan mereka setelah berbulan-bulan tidak berakhir dengan tidak menyenangkan, malahan menjadi suatu cerita yang benar-benar berbeda dari yang lain, dan saya jamin, akan sangat sulit untuk dilupakan.

Memang, mungkin karena keterbatasan waktu, Seventeen hanya memainkan sekitar tujuh lagu yang ternyata tidak ada satu dari semua lagu itu saya ketahui, fixed saya hanya terdiam dan terkagum menontonnya.

Usai Seventeen tampil di panggung, dilanjutkan dengan Mahakarya SMAN 3 Semarang. Aksi dari siswa-siswi, yang tentunya tidak kalah bagusnya dengan bintang tamu yang lain. Sayang sekali, saya tidak menyaksikannya, karena saya menemani teman di bagian ticketing. Padahal, kata mereka, sangat mengagumkan dan anti bosan, apalagi penampilannya [@vinwidi yang membawakan bendera Merah Putih yang besar] haha. Oh iya, acara kami sebenarnya hanya disetujui oleh kepala sekolah untuk dilaksanakan hingga jam sepuluh malam. Tetapi karena toleransi dan kerja sama yang  [mungkin] baik, baru sekitar jam sebelas malam, acara kami usai. Ditutup dengan kembang api dari atas kanopi dan menyanyikan Mars Ganesha 3 dari atas panggung. Tidak lupa kami sujud mengucap syukur kepada Tuhan atas semua berkat-Nya sehingga acara kami berlangsung sukses buat kami. Terima kasih, Tuhan. Sangat membanggakan! Kami, berhasil membuat sejarah baru untuk sekolah tercinta kami. Dari hasil jerih payah kami bersama, siswa-siswi SMAN 3 Semarang, untuk membuat masyarakat umum tahu, bahwa, "Kami ini anak-anak SMAN 3 yang tidak hanya punya nama, tapi juga karakter!" 

Tulisan saya kali ini mungkin antiklimaks. Saya tidak tahu bagaimana cara menulis yang dapat dibaca dengan seru dan mengharukan, hehe. Tapi setidaknya, saya belajar banyak dari sini. Dari keikhlasan yang harus kita dahulukan. Terima kasih, teman-teman.

Dari situ saya mempelajari beberapa hal.
1. Perjuangan dan pengorbanan, dari persiapan yang cukup lama. Dari rapat, berjualan makanan/pakaian bekas untuk mencari dana, toleransi, dan lain-lain. Point ini harus ada di dalam diri kita. Ini sebuah kekuatan mutlak, tidak bisa direlakan untuk menghilang.
2. Percaya akan Tuhan yang akan selalu memberi yang terbaik. Entah bagaimana, atau seperti apa, pasti Dia tahu apa yang terbaik untuk kita. Tidak perlu khawatir. Karena ketulusan dan kesungguhan kita, pasti akan mendapat bantuan dari Tuhan, percayalah.
Ya, seperti itu kira-kira.

Yang terakhir, tidak lupa bagi saya.
Untuk mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yang Maha Esa.
2. Keluarga, terlebih ayah saya, yang mungkin hanya bisa melihat dari sana.
3. Teman-teman panitia inti maupun hari H, dan semua siswa SMAN 3 Semarang.
4. Kepala sekolah, guru, dinas pendidikan.
5. Masyarakat umum yang sudah mendukung acara.
6. Pihak-pihak lain yang tidak bisa saya sebut, hehe.
Tanpa itu semua, saya tidak bisa menulis dan mengenang peristiwa mengesankan ini.

Saya tidak tahu apa ini berlebihan, tetapi, Pensaga 2013 ini benar-benar membekas untuk saya. Tidak menduga kejadiannya akan seperti itu. Tidak ada yang mengira akan hujan, tidak ada juga yang mengira akan dilanjutkan. Semua serba keajaiban. Terima kasih.
Selamat berjuang untuk ke depannya lagi, teman-teman.
Terima kasih sekali lagi, sudah menjadi bagian dari kenangan saya.

Maafkan jika tulisan ini aneh, berlebihan, sok, menggurui, dan hal-hal lain yang tidak menyenangkan, hehe. Bahwa sesungguhnya, saya juga manusia seperti kalian, punya kekurangan.

Oke.
Berikut dokumentasinya.

Pertama, pamflet dulu, silakan.
Peraturan invitation.
Tukar invitation.
Antre invitation, ini baru di hari pertama, perasaan senang bukan main, hehe.
Doa bersama, di aula, dipimpin guru agama, bersama semua panitia dan penampil.
Ada panitia inti, ada panitia hari H, yang inti menggunakan kemeja seperti itu [beberapa membawa HT], yang hari H menggunakan kaos warna hitam, yang EO yang mana? Haha.
Gate depan SMAN 3 Semarang, sudah ditunggu orang-orang. 
Cek invitation dan cap.
Ada orang asing menonton, oy! Super sekali.
Cek bawaan dan isi tas.
Gate lagi, ini hasil asli yang dibuat oleh siswa-siswi SMAN 3 Semarang, lho.
Bagian depan hall of fame.
Isi hall of fame, foto serangkaian Pensaga 2013.
Dalam hall of fame, syukur ada yang memperhatikan.
Photobooth.
Peta.
Wow, ternyata orang asingnya ada dua.
Lapangan tengah, ada juga stand berupa makanan dan lainnya. 
Bapak penggemar Seventeen bersama Rifqi F.
Stage, masih di awal open gate..
Semangat jiwa muda, Indonesia bisa!
Screaming School, mungkin sedang pusing skripsi.
Teman-teman dari Papua.
Young Nationalism, foto dari atas kanopi, indah, ya.
Abdul, badannya gempal, tapi liriknya tak terlupakan.
Abdul & The Coffee Theory di hadapan ribuan penonton.
Berdoa agar diberi yang terbaik oleh Tuhan, saat hujan, kebanyakan menangis.
Saat bernyanyi, hujan, mengajak penonton lain untuk maju ke depan panggung.
Ifan, vokalis Seventeen.
Seventeen, foto ini masuk koran, lho.
Mahakarya SMAN 3 Semarang, semangat kami tak akan pernah padam, selamanya.
Firework, penutup acara malam itu.
Menyanyikan Mars Ganesha 3 di atas panggung.
Sujud syukur. 
Briefing usai acara. 
Ketua panitia: Yuwananabdha Syahbi Syagata [kaos putih] dan Mitratama: Rizal Arnadi [kemeja biru]. 
Pensaga 2013 Young Nationalism, sukses!
Ini persembahan kami, putra-putri SMAN 3 Semarang, untuk kalian.

Comments

Popular posts from this blog

Retreat di Angela Patrick, Bandungan

Halo selamat berkarya! Sudah hampir sebulan tidak  update tulisan di blog ini. Saya akan berbagi cerita mulai dari Retreat yang telah saya jalankan bersama rekan-rekan SMAN 3 Semarang. Jumat, 9 Desember 2011 - Minggu, 11 Desember 2011 Pukul 14.30 seusai pulang sekolah hari Jumat - pukul 14.30 hari Minggu di Bandungan Acara tahunan dari DOC (salah satu subsie di SMAN 3 Semarang) adalah mengadakan retreat di luar lokasi sekolah kami. Biasanya acara tersebut diadakan di Bandungan. Pada tahun 2011 ini dan bersaman dengan pengalaman pertama saya mengikuti retreat bersama SMAN 3 Semarang, diadakan di Rumah Retreat Angela Patrick, Bandungan. Tepatnya berada di belakang Pasar Bandungan. Beginilah ceritanya... Kebetulan pada hari tersebut tidak diadakannya kegiatan belajar mengajar di sekolah, sehingga kami dapat pulang lebih awal dari biasanya. Awalnya saya dan Puguh teman saya belum tahu bila warga sekolah sudah diperbolehkan pulang, sehingga kami izin pada guru Bimbingan Konseling te

My Second Assignment

ANDIKA JATI NUGROHO 140608050 Peter Lind, Flavor Development Specialist Ben & Jerry’s Ice Cream, Waterbury, Vermont Hello. See me again. My name is Andika Jati Nugroho. I’m from G class. I got my second assignment from my teacher, Mrs. Bening. This unit is about “The Most Wanted Jobs in The World”. Luckily, we will discuss about Peter Lind, a flavor development specialist in an ice cream company. Here it is. First. I want to tell you, that I was simply shocked and I am still confused about Mrs. Bening’s system at reading activities. In Senior High School, reading is just a simple thing. We just read. Commonly, the text was fictional. But, Mrs. Bening used another way. The text was based on true story. And, we had to use other sources to find the information of text and think critically at understanding the text.   Let us start into the core. There is an ice cream company named Ben & Jerry’s Ice Cream in Vermont. It is located in North-East of United

Perubahan Cara Berdialektika

Sebelumnya, saya sudah memiliki pandangan dan asumsi tentang hal ini. Asumsi itu timbul akibat fenomena yang terjadi pada saya dan teman-teman di lingkungan saya. Saya hampir yakin, Anda pun pasti pernah mengalami dan mendengarnya. Contoh yang paling mudah untuk dijelaskan adalah ketika saya kesulitan dalam memahami materi perkuliahan di kelas. Dari awal, dosen sudah memberikan buku bacaan atau referensi yang dapat dibaca untuk menunjang mahasiswa mendalami materi yang diberikan. Biasanya, dosen memberikan tiga contoh buku referensi. Bagi mahasiswa, mendapatkan buku-buku tersebut pun tidak sulit, karena perpustakaan kampus memang sudah memiliki buku-buku itu dan bisa dipinjam oleh mahasiswa, sudah sangat mudah.  Dulu, ketika saya masih menjadi mahasiswa baru, saya merupakan salah satu orang yang bermental ambisius. Saya membayangkan perkuliahan adalah sesuatu yang canggih, serba luar biasa. Namanya saja mahasiswa, bukan lagi siswa, melainkan mahasiswa. Jadi, mekanisme berdialektika